Home » Cirebon » Antar Arem-arem dari Kuwu, Perangkat Desa Pabuaran Lor Panjat Pagar Rumah
KONFIRMASI - Kuwu Pabuaran Lor (kiri) saat dikonfirmasi JP terkait polemik perangkat desa dan pengalihan bantuan beras di kediamannya, beberapa waktu lalu sebelum terjadi insiden pamong panjat pagar.

Antar Arem-arem dari Kuwu, Perangkat Desa Pabuaran Lor Panjat Pagar Rumah

CIREBON – Tindakan tak terpuji dan tak patut dicontoh dilakukan seorang perangkat desa Pabuaran Lor, Kec Pabuaran, Kab Cirebon berinisial PG. Perangkat desa yang baru dilantik awal Maret 2024 itu nekad memanjat pagar rumah perangkat desa lama bernama Adi Rusmana yang kini sudah purnatugas alias sudah tidak menjabat lagi.

Meski di luar jam kerja (malam hari), kedatangan PG ke rumah Adi dalam agenda kerja (dinas) yakni mengantarkan pengarem-arem dari Kuwu Pabuaran Lor, Anggi Pratiwi sekaligus meminta tandatangan surat pengunduran diri dari Adi.

Tindakan arogan dari perangkat baru tersebut disampaikan langsung oleh Adi Rusmana kepada Redaksi JP pada Jumat (22/3/2024) malam. “Kejadiannya tadi sekitar jam setengah 9 malam, habis sholat tarawih. Saya kaget, istri dan anak saya sampai nangis dan ketakutan. Dia masuk ke rumah saya manjat pagar dan langsung gedor-gedor pintu sambil teriak ‘bukaa.. bukaaa..! Pas saya keluar dia langsung pergi,” ungkap Adi bercerita.

Ia menjelaskan, PG datang bersama 3 rekannya, namun sikap ketiga rekannya cukup baik dan tidak menunjukan arogansi atau tingkah yang di luar kendali. Alhasil rekan-rekan PG-lah yang menyodorkan surat pengunduran diri tersebut dan Adi pun menandatanganinya. Bahkan rekan-rekan PG pun meyayangkan sikap tak terpuji rekannya itu. Lebih ironis lagi, belakangan diketahui dari cerita Adi, bahwa PG adalah adik iparnya sendiri.

“Iya masih saudara, dia adik ipar saya. Saya nikah sama kakaknya dia (PG). Kalau kaitan surat pengunduran diri saya tegaskan, saya tidak akan lari. Tadi kan di DPMD Kab Cirebon sudah sepakat, bahwa saya dan perangkat lainnya siap mengundurkan diri dengan arem-arem yang tadi dimusyawarahkan. Tapi tidak seperti ini juga-lah caranya, gak perlu malam-malam, apalagi sampai manjat pagar rumah. Masih ada waktu lain, besok misalnya, atau lusa,” jelas Adi sambil menjelaskan bahwa pagar rumahnya cukup tinggi.

Redaksi JP sempat menyarankan agar Adi melaporkan masalah ini ke Polsek Pabuaran, jika memang Ia dan keluarganya merasa terancam keselamatannya atau merasa dirugikan atas tindakan PG. Namun Adi menolaknya dan memilih mengadukannya pada media. “Gak apa-apa mas, diberitakan saja. Ini masalah harga diri, terus terang saya sakit hati. Minimal biar ada efek jera,” tegas pamong desa yang dikenal pendiam ini.

Saat ditanya apa tuntutannya kepada PG atas insiden ini, Adi menjawabnya singkat. “Tuntutannya dia minta maaf. Terutama sama istri saya, baik secara pribadi maupun kedinasan (Pemdes Pabuaran Lor). Sudah itu saja,” ucap Adi.

PG: Itu Rumah Milik Ortu Saya

Sementara itu, saat dikonfirmasi JP pada Sabtu (23/3/2024) malam, PG membenarkan dia memang memanjat pagar rumah tersebut saat mengantarkan arem-arem dan surat pengunduran diri perangkat lama bernama Adi Rusmana. PG yang kini menjabat sebagai Kaur Perencanaan dan Program Desa Pabuaran Lor ini pun merasa tindakannya tidak salah, karena rumah tersebut adalah milik orang tuanya.

“Sok silahkan mau dilaporkan atau diberitakan gak masalah. Toh itu rumah milik orang tua saya. Dan saya memanjat pagar itu juga setelah berkeliling rumah, dari samping, tidak ada jawaban. Jadi terpaksa saya naik pagar rumah orang tua saya sendiri. Sebetulnya kalau mau saya ceritakan kekesalan saya ke dia juga banyak kang, tapi saya rasa gak pantas lah kalau diumbar,” ujarnya.

PG juga merasa tindakannya cukup beralasan karena Ia beranggapan bahwa Adi tidak kooperatif dalam hal pengurusan surat pengunduran diri dan arem-arem titipan kuwu ini. “Dia hubungi oleh perangkat desa dia dari siang tapi gak diangkat, WA gak dibalas. Akhirnya saya inisiatif datang ke rumahnya bersama rekan perangkat lain. Sampai rumah dia, gerbangnya dikunci padahal masih jam setengah 9 malam. Saya juga kesal dan ingin masalah ini cepat beres,” ujar PG sang pamong desa yang bertitel Sarjana Hukum (S.H) ini. Adapun pengarem-arem untuk enam perangkat desa lainnya diantar oleh Cahyo, yang kini menjabat sebagai Lugu Polisi desa setempat.

Sedangkan Kuwu Pabuaran Lor Anggi Pratiwi saat dikonfirmasi sehari pasca kejadian, Ia mengaku belum mendengarnya. “Ga ada mas. Saya ga tahu berita itu. Kayanya aku tahu yang lapor siapa. Semua sudah tandatangan secara kekeluargaan dan diselesaikan di dinas DPMD,” tulis kuwu lewat pesan whatsapp.

Beberapa saat setelah berbalasan pesan WA dengan wartawan JP, Kuwu kembali menulis pesan bahwa istri dan anak perangkat lama (Adi Rusmana) yang katanya menangis dan histeris adalah hoax.

“Gak ada yang nangis histeris mas, hoax,” jawab kuwu. Lalu JP menyarankan untuk validitas peristiwanya seperti apa, kuwu bisa langsung cek kepada para pihak terkait. “Boleh nanti aku cari tahu dulu,” pungkas Kuwu Pabuaran Lor.

Sementara saat dikonfirmasi kembali atas jawaban PG dan Kuwu Pabuaran Lor, Perangkat Desa lama Adi Rusmana, Jumat (29/3/2024) malam kembali menegaskan bahwa apapun ceritanya, sikap memanjat pagar rumah orang adalah tindakan yang salah, terlebih dalam urusan kedinasan.

“Intinya apapun itu, karena di dalam rumah tersebut ada saya dan keluarga saya, jelas tindakan memanjat pagar adalah salah, ini soal etika dan atitude. Kalau soal istri dan anak saya menangis, itu bukan hoax. Istri saya menangis di dalam, dan sudah saya tenangkan. Saya bilang ke dia, ini masalah saya, jadi jangan nangis. Jadi pas dia ke depan dan ketemu perangkat desa, istri saya sudah tidak menangis lagi. Gitu penjelasannya,” pungkas Adi Rusmana saat dihubungi JP via telepon. (tim jp)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*