Home » Artikel » Sebentar Lagi Nyoblos! Ingat, Gen Z Punya Peran Penting Tentukan Hasil Pilpres 2024

Sebentar Lagi Nyoblos! Ingat, Gen Z Punya Peran Penting Tentukan Hasil Pilpres 2024

ADA fenomena menarik yang terjadi di lingkaran Generasi Z (Gen Z) pada momentum Pemilu 2024 ini. Kelompok ini sering kali menjadi buah bibir di kalangan politisi. Beberapa orang berkepentingan di tahun politik ini diam-diam mempelajari dan memahami karakteristik anak muda yang di gadang-gadang menjadi kunci keemasan Indonesia di tahun 2045. Beberapa tim pemenangan dari berbagai paslon menyesuaikan gaya kampanye narsis yang bisa di terima oleh anak muda kelahiran 1997-2012 ini. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah pilihan Gen Z pada pemilu ini akan membawa petaka atau anugerah terhadap nasib bangsa ke depan? 

Sekarang ini tiap-tiap paslon tidak lagi berkampanye gagasan akan tetapi mencoba menjadi narsis karena berharap dukungan dari anak-anak muda. faktanya apa yang menjadi tudingan buruk terhadap Gen Z itu tidak semuanya benar. Seperti halnya Gen Z suka hal hal yang berbau kesenangan, Gen Z yang menyukai hal-hal yang praktis,  menggemari hiburan-hiburan (joged tiktok, meme, dll) dan tudingan yang paling menohok adalah Generasi Z tidak memperhatikan gagasan yang di bawa oleh tiap-tiap pasangan calon dalam pemilu, dan hanya senang terhadap konten-konten kampanye yang di bawa paslon di media sosial yang menurutnya menarik. Padahal tidak semua Generasi Z seperti demikian.

Tingkah politisi saat ini bagaikan anak kecil yang berharap perhatian dari orang yang melihat nya, nampak menggemaskan bukan. Tidak sedikit para politisi mengunggah kekonyolan tingkah lakunya di media sosialnya agar mendapat perhatian Generasi Z. Mereka menganggap hal itu sudah benar dilakukan untuk meraih simpati. Padahal sejatinya para Generasi Z melihat fenomena itu sebagai hal yang sangat menjijikan.

Tidak dipungkiri media sosial menjadi ladang berburu suara oleh para politisi di momentum politik tahun 2024 ini. Bukan tanpa alasan menurut data hasil survei litbang Kompas, 25 Januari – 4 Februari 2023, Hasil survei ini menunjukkan bahwa media sosial jadi salah satu media yang paling banyak dikonsumsi masyarakat. Tingkat konsumsi media sosial ini berada di kisaran 38 persen. Tak heran, frekuensi penggunaan media sosial di tengah masyarakat pun relatif tinggi. Lebih dari 58% dari responden survei menyatakan, mereka sering menggunakan media sosial dalam sehari. Tentunya hal ini jadi peluang besar bagi para paslon di pemilu kali ini.

Dikutip dari berbagai artikel fakta menarik justru melekat pada generasi ini. Pada kenyataannya Generasi Z adalah golongan anak muda yang suka dengan pengalaman baru dan wawasan baru, Generasi Z berani mengungkapkan pendapat, mempunyai banyak akses informasi dan pertemanan dan pandai dalam bermedia sosial. Bahkan sebetulnya generasi ini lebih peduli terhadap isu-isu sosial yang terjadi dan masih banyak lagi.

Sebagai ilustrasi, fenomena yang terjadi di akhir-akhir ini anak-anak muda banyak terlibat dalam suksesi pemilu dengan mengikuti keanggotaan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS). Di moment Bimbingan Teknis (Bimtek) anggota KPPS, nampak peserta dari orang-orang tua yang termasuk dalam golongan ‘baby boomers’ terlihat khidmat dalam menyimak materi yang di sampaikan. Berbeda dengan Anak-anak muda generasi Z, yang sibuk dengan gadgetnya ada yang sibuk mencari materi Bimtek di internet, ada yang sibuk mencari materi dengan meminta kepada temannya sesama KPPS yang sudah melaksanakan Bimtek, ada pula yang asyik menonton video tutorial KPPS di YouTube dan lain sebagainya.

Anggota KPPS pada Pemilu 2024 juga didominasi oleh Generasi Z dan Milenial

Tetapi dalam ilustrasi ini yang ingin disampaikan adalah, pertama generasi Z memiliki FOMO (Fear Of Missing Out) yang besar  yaitu sebuah perasaan cemas dan takut yang timbul di dalam diri seseorang akibat ketinggalan sesuatu yang baru, seperti berita, trend, dan hal lainnya. Ini terbukti dengan banyaknya anggota KPPS dari kalangan Generasi Z. Kemudian yang kedua adalah Generasi Z banyak memiliki akses dalam memperoleh informasi hanya dengan gadgetnya. Yang ketiga adalah Generasi Z lebih menyukai belajar dengan cara yang simplistis. 

Dari berbagai potensi Generasi Z yang dijelaskan di atas seakan membantah semua tudingan buruk terhadap Generasi Z ini. Justru pada faktanya yang sering kita lihat orang-orang yang mudah terprovokasi oleh media sosial adalah orang-orang tua generasi ‘baby boomers’, bahkan gaya kampanye narsis yang dipakai oleh tiap-tiap paslon itu banyak diikuti dari kalangan generasi sebelum Generasi Z. Yang ada malah penonton debat kandidat banyak didominasi oleh kalangan Generasi Z terbukti banyak event nonton bareng yang diadakan oleh anak-anak muda.

Peran Generasi Z dalam merespon pemilu di tahun 2024 cukup baik, ini di karenakan masif-nya gerakan tim media paslon yang giat berkampanye melalui media digital. Berdasarkan hasil pengamatan di media sosial instagram misalnya, per 6 Februari 2024, Paslon 01 Anis-Muhaimin telah mengunggah 327 postingan dengan 44,3 ribu pengikut, selanjutnya di susul Paslon 02 Prabowo-Gibran sebanyak 256 postingan dengan 116 ribu pengikut dan terakhir paslon 03 Ganjar- Mahfud mengupload 1.486 postingan dengan 108 ribu pengikut. 

Tetapi ada catatan penting dari generasi Z ini dalam merespon pemilu di tahun 2024, menurut data yang di muat litbang kompas.com, Generasi Z tidak melirik pemilihan calon legislatif namun hanya terfokus pada pemilihan presiden dan wakil presiden. Adapun respon Generasi Z terhadap pemilihan legislatif hanya terfokus pada gerakan-gerakan pragmatis saja. Hal ini mengasumsikan bahwa Generasi Z lebih menyukai hal-hal yang praktis dan simplistik, tidak harus melihat siapa, nomor berapa, dari partai apa, atau dapil berapa. Dari gambaran di atas ini menjadi tamparan pedas bagaimana upaya yang harus di lakukan oleh para caleg untuk memperbaiki diri dan memperoleh kepercayaan masyarakat.

Namun memang dari beberapa potensi yang dimiliki kelompok generasi yang dengan populasi sekitar 25% dari penduduk Indonesia ini, tentunya memiliki kekurangan. Hal yang paling menarik perhatian adalah walaupun generasi ini punya banyak akses untuk memperoleh pengetahuan tetapi tingkat pengetahuan generasi ini tidak merata. Hal ini dikarenakan beberapa generasi ini menyukai hal-hal yang simpel dalam memperoleh informasi. Seperti halnya reels, tiktok, YouTube short dan lain sejenisnya. 

Contoh paling sederhananya adalah beberapa kecenderungan Generasi Z lebih menyukai scroll tiktok, scroll Instagram dan media sosial lainya. Hasilnya mereka mudah mendapatkan informasi dengan cepat namun tidak memahami persoalan secara komprehensif dan holistik. Bahkan adapula dari Generasi Z menyimpulkan sesuatu informasi yang didapat hanya dengan reels instagram sebagai sebuah kebenaran yang mutlak, ini yang menjadi ironi. 

Beberapa kekurangan Generasi Z harusnya disadari oleh kalangan anak muda di zaman sekarang apalagi di momentum pemilu seperti saat ini. Dengan masifnya media sosial saat ini tentu ada saja yang piawai memaikan framing-framing media sosial untuk menaikan elektabilitas seseorang dan menjatuhkan lawannya dengan data yang tidak valid. Kemudahan akses dalam memperoleh informasi dan luasnya jejaring pertemanan ini menjadi kelebihan yang di miliki generasi Z untuk mengali lebih dalam terkait isu yang terjadi agar tidak termakan media nakal yang memuat data fiktif. Generasi Z di tahun politik ini menjadi faktor penentu akan hasil pemilu saat ini. Perbanyak referensi literatur dan banyak mengkaji gagasan tiap-tiap pasangan calon dengan cara ala Generasi Z, ini menjadi solusi akan tercapainya hasil pemilu yang sesuai dengan harapan bangsa ini.

Selain itu Generasi Z sebetulnya menaruh harapan besar terhadap pemilu di tahun ini. Banyak hal kebutuhan yang harus dipenuhi oleh Generasi Z. Kebutuhan ini tentunya berbeda jauh dengan generasi sebelumnya seperti generasi ‘baby boomers’ ataupun milenial. Ini yang harusnya dipikirkan oleh tiap paslon presiden dan wakil presiden. Kemudahan akses dalam memperoleh pendidikan yang murah, keterampilan digital dan juga hal-hal baru yang harus dipelajari oleh generasi muda serta pendistribusian generasi muda dalam mengambil peran di masyarakat, untuk meningkatkan ‘skill’ dan kepekaan sosial agar visi meraih Indonesia Emas 2045 bisa terwujud. (*)

Penulis: Muhamad Risal | Gen-Z, Kader IPNU Kab. Cirebon, Mahasiswa di Universitas Islam Bunga Bangsa Cirebon

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*