Home » Artikel » Riwayat ‘Sang Kala’ dan Resolusi 2024

Riwayat ‘Sang Kala’ dan Resolusi 2024

BANYAKNYA pedagang terompet dan kembang api di pinggir jalan menandakan pergantian tahun akan segera tiba, ya dari 2023 ke 2024. Sebuah momentum yang dirayakan oleh manusia hampir di seluruh tempat di planet ini. Di titik tertentu suatu wilayah dijadikan pusat keramaian publik untuk perayaan menyambut tahun baru, dari mulai panggung hiburan musik, karnaval budaya, hingga gebyar gempita pesta kembang api warna-warni yang menghias langit saat detik-detik pergantian tahun dimulai.

ilustrasi pergantian tahun

Sejatinya, alam semesta tidak mengenal adanya tahun baru, semua ini adalah tradisi yang dibuat atas kesepakatan kita sebagai manusia. Ribuan tahun lalu sebelum media dan teknologi secanggih saat ini, setiap kelompok masyarakat di belahan bumi ini mempunyai sistem perhitungan tahun dan bulan barunya masing-masing. Mereka memiliki peringatan tahun barunya sendiri-sendiri sesuai perhitungan yang mereka percayai. 

Riwayat Sang Kala

Saat ini hampir seluruh orang merayakan tahun baru kelompoknya maupun tahun baru masehi yang jatuh setiap tanggal 1 Januari sebagai penanda waktu (kala). Muslim merayakan tahun baru setiap tanggal 1 Muharam pada kalender Hijriyah, yaitu sistem penanggalan yang dihitung berdasarkan peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari kota Mekah ke Yatsrib (Madinah). Jumlah hari pada tahun Hijriyah ditentukan oleh peredaran bulan mengelilingi bumi. Kelompok masyarakat keturunan Tionghoa merayakan tahun baru dengan istilah Imlek, berdasarkan perhitungan kalender China, dan lain sebagainya.

Tahun yang disepakati sebagai standar utama kalender dunia saat ini bernama Masehi, yang diambil dari kata Mahisa, Isa, atau Almasih. Tahun Masehi berjumlah 365 hari yang dihitung berdasarkan jumlah hari selama bumi berotasi mengelilingi matahari hingga kembali ke titik awal. Berawal dari sejarah kebudayaan bangsa Romawi yang tinggal di sebelah utara khatulistiwa yang mempercayai sebagai penanda perayaan kembalinya Dewa Matahari (Sol Invictus) setelah hilang di bagian selatan. Dan matahari kembali lagi pada posisinya dari selatan ke utara pada tanggal 25 Desember. Mereka berpesta merayakannya selama 7 hari. Karena perkembangan pengikut Kristus yang cukup banyak di wilayah tersebut maka terjadilah percampuran antara budaya dan agama pada saat itu.  Maka ditetapkanlah tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Jesus yang kita kenal saat ini sebagai Hari Natal. Seminggu kemudian, 1 Januari dirayakan sebagai tahun baru, tahun awal dimulainya kalender masehi.

Perayaan pergantian tahun identik dengan kemeriahan pesta, warna-warna yang gemerlap, bunyi-bunyi gegap gempita, semarak cahaya yang menggambarkan suasana kegembiraan, keceriaan, semangat menggebu, serta harapan-harapan baik memasuki tahun yang baru. Di pusat-pusat perayaan berkumpul masyarakat dari berbagai kalangan menjadi satu penuh antusias. Berbagai macam hiburan digelar, dari penampilan artis-artis ternama, musisi papan atas, hingga selebritas kondang diundang guna memeriahkan pesta menutup penghujung tahun dan menyambut awal tahun.

Pada detik-detik pergantian tahun inilah, suasananya seolah menjadi sakral. Semua mulai menghitung mundur detik-detik tersisa saat jam menunjukan pukul 23.59 hingga 00.00 menjadi puncak kemeriahkan dimana kembang api ditembak ke langit yang menghasilkan suara ledakan dan cahaya warna-warni yang indah menghiasi angkasa. Pekikan sorak-sorai menggema dimana-mana riuh rendah menyuarakan kegembiraan “Happy New Year”.

Tahun hanyalah konsensus yang dibuat oleh manusia untuk menentukan waktu, menentukan kalender, lamanya hidup seseorang, masa bercocok tanam, masa panen, menghitung durasi lamanya menempuh jenjang pendidikan, jenjang karir, menentukan hari-hari penting, dan lain sebagainya. Tahun juga digunakan untuk menghitung jarak antara bumi dan obyek luar angkasa seperti bintang, planet, galaksi dengan istilah tahun cahaya. Karena jarak obyek bintang tertentu sangat mustahil ditempuh dengan perhitungan, maka perhitungan kecepatan cahaya menjadi tolak ukurnya. Cahaya yang bergerak di ruang hampa sekitar 300 ribu kilometer per detik. Saking jauhnya jarak, sebuah objek cuma bisa diteropong oleh teleskop. Tak sedikit kita sering mendengar jarak bumi dengan bintang sampai ratusan tahun cahaya jauhnya.  

Kembali ke soal tahun baru, selalu ada resolusi yang diucapkan, tentang harapan-harapan yang belum terwujud. Tentang impian yang belum tercapai, punya uang banyak, ingin punya rumah sendiri, kendaraan baru, naik jabatan, gadget baru, pergi ke tempat yang belum pernah dikunjungi, menikah, punya anak, rejeki dan kesehatan yang lebih baik, dan lain-lain. Hanya harapan seperti itu saja yang kita sering dengar dari seseorang ketika ditanya perihal resolusi di tahun baru.

Padahal ada hal yang lebih penting untuk diucapkan atau dijadikan resolusi, apa itu ? Bersyukur. Sedikit yang memahami bahwa apa pun yang sudah berlalu, berbagai pengalaman yang sudah dilewati merupakan hadiah istimewa dari sang pemberi hidup. Sudahkah kita bersyukur untuk semua itu?

Tubuh yang sehat, panca indera yang masih berfungsi dengan baik, ditidurkan dan dibangunkan setiap hari. Masih bisa bernafas, makan minum, merasakan sakit maupun kebahagiaan, masih punya teman, melihat senyum orang-orang tercinta. Bahkan rasa cinta yang tak pernah padam dalam diri, semua hal yang pernah diterima dan dirasakan setiap orang adalah anugerah luar biasa dari kehidupan, semua sudah terjadi di tahun-tahun yang telah berlalu. Pernahkan terpikir tentang itu? Kita sering lupa untuk berterima kasih pada hal-hal kecil, hal yang sudah berlalu, padahal dari semua itulah diri manusia terbentuk melewati puluhan kali tahun baru.

Resolusi Vs Keluasan Hati

Alam ini menangkap hal-hal baik yang kita lepaskan, kemudian memantulkannya kembali. Niat dan pikiran baik, prasangka baik, dan kata-kata yang baik kita kepada alam, akan direspon dan dikembalikan manfaatnya kepada diri kita sendiri. Dan kata-kata terbaik adalah ucapan rasa syukur atau berterima kasih. Dan harus diketahui, pikiran yang baik vibrasinya puluhan kali lebih kuat daripada pikiran negatif. Begitu kata ilmu Low Of Attraction (LoA).

Berharap pada materi yang bersifat temporer dan fana, selain akan kita tinggalkan, juga hanya akan membuat kita mengulang hal yang sama saat mengucap resolusi. Jika keinginan yang dilempar, maka yang kita tangkap hanya rasa ingin yang berulang, ingin ini-ingin itu, ingin begini-ingin begitu, terus saja seperti itu yang diucap setiap tahun. Dengan mengucap rasa syukur maka akan mengurangi padatnya keinginan-keinginan, bahkan dapat menghentikannya. Saat keinginan berhenti, maka tumbuh keluasan hati, dan hati yang luas akan muat untuk menampung lebih banyak anugerah dari alam dan kehidupan.

Selamat Tahun Baru 2024

“Resolusiku untuk tahun baru ini tak muluk-muluk, terima kasih untuk segala hal di tahun-tahun yang telah berlalu. Harapanku semoga di tahun yang baru ini aku diberi kesadaran yang lebih untuk selalu bersyukur dalam menerima apapun dari sang Maha Sutradara, Allah SWT. Menjadi pribadi yang lebih memaknai kualitas umur, bukan kuantitas umur (yang pastinya semakin berkurang dari jatah umur yang telah ditetapkan-Nya).

Jam 23.55 di Tanggal 31 Desember 2023 ku buat teh panas. Tak terasa satu tahun berlalu, teh ini masih saja hangat di menit paling awal 2024. (*)

Penulis: Rif Bontar, Pemerhati Sosial, Pegiat UMKM, dan Freelance Writer di JabarPublisher.com | Editor & Finishing Touch: Hasan Jay

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*