Home » Bandung » Utang Pinjol Warga Jabar Tertinggi Se-Indonesia Capai 13,8 Triliun , Ini Respon Gubernur
FOSE - Dansatgas Citarum sekaligus Gubernur Jabar Ridwan Kamil, berfose bareng Pemred Jabar Publisher, Hasan Jay usai Lokakarya.

Utang Pinjol Warga Jabar Tertinggi Se-Indonesia Capai 13,8 Triliun , Ini Respon Gubernur

BANDUNG – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat masyarakat di Jawa Barat (Jabar) yang menggunakan pinjaman online (pinjol) atau peer to peer (P2P) lending menduduki posisi tertinggi di Indonesia. Nilainya tembus Rp 13,8 triliun. Angka tersebut disusul DKI Jakarta dengan total utang sebesar Rp 10 triliun. 

Merespon hal itu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menuturkan jika utang baik melalui pinjol maupun konvensional akan selalu ada di daerah manapun. Namun dia mempertanyakan soal jumlah pinjaman yang mencapai triliunan rupiah itu mengkhawatirkan atau tidak.

“Namanya utang selalu ada. Jadi jawabannya utangnya masuk ke batas yang mengkhawatirkan atau tidak. Kalau namanya berutang hampir semua dari kita kan berutang,” kata Ridwan Kamil saat diwawancarai di Gedung DPRD Jabar, Kamis (6/7/2023).

Emil mengungkapkan, tidak semua utang yang berasal dari pinjaman online bersifat negatif. Apalagi saat ini banyak aplikasi pinjol yang nyatanya sudah mendapat izin dari OJK. Karena itu Emil menganggap jika utang warga Jabar yang mencapai Rp 13,8 triliun adalah hal wajar. “Sehingga pertanyaannya analisanya apa, namanya pinjaman mah dimana-mana dan semua serba fintech. Dan pinjol itu tidak semua negatif, Rp 13,8 T itu pinjol legal atau ilegal. Kalau legal kan diizinkan OJK,” ucap Emil.

“Saya gak bisa berkomentar itu negatif atau positif karena namanya berutang, apalagi warga Jabar 50 juta jiwa, itu hal biasa. Tinggal kami diberi penilaian saja itu negatif apa positif kan,” sambungnya. Sehingga Emil meminta kepada OJK untuk menganalisa proporsi ekonomi terhadap nilai utang warga Jabar di pinjaman online apakah berdampak negatif atau positif.

“Ingat gak dulu zaman COVID-19 kebanyakan menabung dianggap negatif karena beban bank tidak berutang tidak, ada spending, sehingga orang berlomba meminjam untuk usaha,” ujarnya. “Maka saya balikan ke OJK, saya masih netral terhadap isu itu kecuali ada analisa bahwa itu negatif terhadap proporsi ekonomi,” tutup Emil. (dbs/jay/red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*