Oleh : Romi Basarah (Pemerhati Sosial Kabupaten Cirebon)
GELIAT suhu politik menjelang Pemilu 2024 semakin hangat. Terbaru, telah disepakati Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar alias Cak Imin (Gus Imin) untuk menjadi The Next President 2024 dalam Ijtima Ulama Nusantara pada 14-15 Januari 2023 di Hotel Millenium, Jakarta.
Nah, hasil Ijtima Ulama Nusantara yang juga memberikan mandat penuh kepada Cak Imin guna mengambil keputusan-keputusan strategis demi membesarkan PKB, menggelitik saya, sebagai pemerhati sosial di Kabupaten Cirebon untuk turut menyampaikan apresiasi karena kelayakan Cak Imin untuk memimpin negeri ini.
Kriteria kepemimpinan di 2024 dimensinya semakin luas, bukan hanya berbicara figur, tapi juga soal kecerdasan, amanah, soal kemampuan komunikasi, dan transparansi kepada publik. Dan saya menganggap, Ijtima Ulama ini sebagai mementum sakral yang bukan hanya “menentukan”, tapi lebih pada “mengamanatkan” Gus Imin tetap Capres atau Cawapres pada 2024 mendatang.
Kepatutan lainnya Gus Imin dianggap layak memimpin negeri adalah karena Cak Imin merupakan simbol politik NU yang tidak perlu diragukan lagi. Berlatar belakang keluarga ulama besar, Cak Imin mampu memimpin partai PKB dengan baik. Data berbicara, pada Pemilu 2019 lalu, dibawah komando Cak Imin, PKB sukses memperoleh raihan 13.570.097 suara atau berhasil menaikan 9,69 persen suara dari pemilu sebelumnya. Citra politiknya yang erat dengan agamis dan nasionalis khas warga NU, membuat Ia dinilai wakil yang pantas untuk memimpin umat islam di Indonesia.
Tak ketinggalan zaman, Cak Imin sebagai pemimpin masa kini juga aktif menggunakan sosial media dengan baik. Cak Imin memanfaatkan penggunaan sosial media dengan baik, terbukti dari jumlah followers instagramnya yang nyaris menyentuh angka 2,5 juta, Cak Imin mempunyai media yang cukup besar untuk menunjukkan citra dirinya di media sosial.
Sebagai seorang tokoh politik, Cak Imin memang layak dan mempunyai kapabilitas untuk maju di pemilihan presiden mendatang. Ya, ini karena rekam jejak pemilu 2019 suara politik PKB yang cukup tinggi tadi, di atas kertas Cak Imin sudah mendapat dukungan dari berbagai kalangan.
Opinion Leader Di Jatim
Segudang ‘peran’ telah diikuti Cak Imin sepanjang kiprahnya. Mulai dari seorang aktivis, pengurus partai, anggota dewan, lalu menjadi menteri, dan saat ini menjabat sebagai Wakil DPR RI bidang Kesejahteraan Rakyat. Karir politik Cak Imin ini jika dilihat dengan seksama tidak lepas dari latarbelakangnya. Ayahnya yakni Muhammad Iskandar merupakan bagian dari keluarga Pondok Pesantren Manba’ul Ma’arif, Jombang, Jawa Timur, yang merupakan keturunan salah seorang ulama besar pendiri Nahdlatul Ulama (NU), yaitu KH. Bisri Syansuri.
Citra Cak Imin yang merupakan seorang “gus” (bentuk penghormatan dan panggilan keakraban pada putra atau keluarga laki-laki dari seorang kyai) dari salah satu ulama besar dan salah satu pesantren tertua di Indonesia ini menjadikannya sangat dihormati kalangan santri dan keluarga Nahdliyin. Kedekatan Gus Imin dengan banyak ulama besar di Indonesia membawa citra dirinya sebagai pemimpin dan wakil dari umat islam yang disokong oleh para ulama. Amazing!
Cak Imin dan NU dapat disebut sebagai opinion leader bagi keluarga Nahdliyin dan umat islam terutama di Jawa Timur. Dalam konteks ini, peran Cak Imin sebagai opinion leader lebih dihubungkan pada kemampuan atau otoritas yang tinggi untuk menentukan sikap dan perilaku kelompok. Bukan dari kedudukan politik tetapi karena kewibawaan, ketundukan, kharisma, mitos yang melekat pada Cak Imin atau karena pengetahuan serta pengalaman yang dimilikinya.
Buktinya, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren (UU Pesantren) yang kini tengah diperjuangkan untuk bisa menjadi Perpres (Peraturan Presiden), sukses dan tuntas. Menurut Cak Imin, ketika UU ini menjadi Perpres maka dapat mengatur pelaksanaan peran pesantren, bukan saja dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, melainkan dalam membantu meningkatkan kualitas hidup dan ekonomi masyarakat.
Dengan demikian, kondisi kultural NU yang merupakan representasi pesantren yang memiliki solidaritas primordial memungkinkan untuk menampilkan peran politik sebagai opinion leader secara kelembagaan. Selain itu, kepemimpinanya di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) membawa citra politik yang positif karena saat ini PKB dianggap sebagai salah satu partai Islam terbesar di Indonesia.
Pria kelahiran Jombang ini juga mempunyai massa rill dan bisa menggunakan mesin partai PKB dari dewan pimpinan pusat hingga tingkat ranting sebagai pendukungnya. Ia juga punya massa dari warga NU yang sebenarnya sejalan dengan PKB. Sebagai modal awal pada pemilihan presiden 2024, dirasa sudah cukup, terlebih rekam jejaknya di masa lalu yang gak pernah neko-neko dan justru memiliki tren yang positif.
PKB – Gerindra Makin Solid Sambut 2024
Meski kekompakan di kalangan PKB sudah kuat, namun adanya dukungan dari Gerindra jelas akan membuat PKB makin diperhitungkan dalam hajat demokrasi 2024 mendatang. Langkah konkritnya, PKB akan membangun posko bersama sebagai wujud gerak yang kompak dalam berkoalisi di pilpres 2024. Senin tanggal 23 Januari (besok-red), koalisi dua kekuatan besar ini akan dilegitimasi dengan Pembangunan Posko Bersama.
Kedua ketua umum yakni Muhaimin Iskandar (Ketum PKB) dan Ketum Gerindra Prabowo Subianto akan hadir langsung meresmikan koalisi bersama ini. Jelas, ini adalah langkah lebih kuat yang solid dalam merebut hati rakyat. Usai peresmian Posko PKB juga akan menggelar safari bertemu partai-partai lain untuk diajak bergabung dalam koalisi ini. (*)