SETELAH mereda cukup lama, teror pinjol kembali terjadi dan menelan korban jiwa. Kali ini seorang perawat Rumah Sakit (RS) berinisial GRD (30 tahun) berjenis kelamin laki-laki ditemukan gantung diri di pintu kamar mandi sebuah rumah di kawasan Jalan Wonorejo Selatan, Rungkut Surabaya, pada Sabtu (10/9/2022). Iptu Joko Susanto Kanit Reskrim Polsek Rungkut, membenarkan hal tersebut.
“Kami membenarkan ada laki-laki yang tergantung di dekat kusen pintu kamar mandi,” ucapnya saat ditemui di lokasi kejadian. Ia mengatakan, informasi ini berawal dari laporan masyarakat yang kemudian dipastikan oleh kepolisian setempat di TKP. “Kurang lebih jam 11.00 WIB terdapat info dari masyarakat sekitar ada yang gantung diri. Kemudian, kami memastikan ke lokasi kejadian,” tukasnya.
Sementara itu, AN (52 tahun) ibu dari GRD, yang pertama kali mengetahui kejadian ini menjelaskan, GRD terakhir terlihat pada hari Kamis (8/9/2022) setelah salat Isya. GRD pergi tanpa pamit menggunakan motor setelah dinasehati ibunya. Kemudian hari ini sekitar pukul 10.15 WIB, AN hendak menaruh barang perabot di rumah yang berlokasi di Wonorejo Selatan itu dan mendapati bau yang tidak sedap. Kemudian setelah dicek, ternyata bau tersebut berasal dari jenazah anaknya yang masih dalam keadaan tergantung di pintu kamar mandi.
Dimarahi Ibunya karena Dikejar Debt Collector
Saat terakhir bertemu korban, lanjut Joko, AN sempat memarahi korban lantaran banyak debt collector pinjol datang kerumah Jalan Suripto untuk mencarinya. Setelah itu, AN tak pernah bertemu korban hingga ditemukan tewas. “Jadi korban ini memang banyak utang online. Sehingga ibunya sempat memarahinya karena banyak yang menagih,” tambah mantan Kanit Reskrim Polsek Gubeng ini.
Jenazah Divisum
Dari hasil olah TKP, tidak ada tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. Korban berhasil dievakuasi sekitar pukul 11.30 WIB. “Jenazah sudah dibawa RSU dr Soetomo untuk dilakukan visum luar mayat atau autopsi guna diketahui penyebab kematian korban dan tidak ada tanda kekerasan,” tutup Joko.
Sudah Lama Terjerat Pinjol
Ibu korban mengaku, anaknya telah lama terjerat pinjol. “Kata ibu korban, pelaku sudah lama terjerat pinjaman online. Banyak yang menagih hingga meneror,” kata Joko. Joko menjelaskan, meski korban selama ini bekerja sebagai perawat. Ibu korban tidak mengetahui pasti uang hasil pinjaman online itu digunakan untuk apa. “Korban merupakan perawat RSAL Surabaya. Ibu korban nggak tahu uang itu buat apa,” jelas Joko.
Ibu Korban Sering Dapat Ancaman
Bahkan, lanjut Joko, ibunya juga pernah mendapat ancaman para penagih pinjol. Sebab, selama ini korban mencantumkan nomor ibunya sebagai saudara tidak serumah yang bisa dihubungi. “Ibunya juga sering ditagih, bahkan sampai diancam. Bahkan, tak jarang ibunya membayar utang korban,” tambah Joko.
Sementara itu, Nardi salah seorang keluarga korban yang ditemui di lokasi kejadian, mengatakan bahwa sebelum diketahui gantung diri, korban sempat berulang kali ditelepon oleh salah satu penyedia jasa pinjaman online (Pinjol). Ibunya juga sempat mendapat tagihan pinjol dari panggilan telepon atas nama tagihan korban.
“Dari handphone ditelepon pinjol, marah ke anaknya. Anaknya ditanya, dijawab nanti mau bayar, tapi tidak dijawab berapa jumlahnya,” ujarnya.
Sedangkan, pihak kepolisian hingga saat ini masih melalukan pendalaman untuk mengetahui secara pasti penyebab gantung diri GRD. “Menurut info dari keluarga ada tunggakan dari pinjol, tetapi motif masih kita dalami lagi,” ulasnya.
OJK Harus Buat Regulasi Aturan & Etika Pinjol Saat Menagih Nasabah
Sementara itu, Koko Ali Permana SH, MH, Ketua Laskar Indonesia saat diwawancarai JP mengatakan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus mengatur secara rinci aturan dan sanksinya terkait penagihan pinjol ini.
“Ya memang selama ini ada aturannya, seperti harus dibekali identitas, dilarang mengancam, harus terdaftar di OJK, dan sebagainya. Tetapi bagaimana pengawasannya? Faktanya korban bunuh diri karena pinjol terjadi lagi. Karena dari pengamatan kami, para korban ini yang diserang sisi psikologisnya, tidak sebanding dengan nilai utangnya,” tegas Kang Koko. (red/jp)