CIREBON – Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat saat ini masih menunggu arahan dari Kementerian Kesehatan terkait penanganan kasus hepatitis misterius yang terjadi belakangan ini. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menuturkan, kasus hepatitis yang menewaskan tiga anak di Jakarta masih berada di isu nasional. Sejauh ini Kemenkes belum memberikan arahan spesifik kepada pemda.
“Hepatitis masih di isu nasional kami masih menunggu arahan dari Kemenkes jadi belum bisa saya sampaikan ke publik sekarang karena dari Kemenkes belum ada arahan tertentu kepada pemda,” ujar Gubernur Jabar belum lama ini.
Diketahui, Indonesia melaporkan tiga kasus kematian anak yang kemungkinan besar terjadi karena virus hepatitis misterius. Tak hanya di Jakarta, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut hingga 1 Mei 2022 setidaknya ada 228 kasus di 20 negara. Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil menuturkan, sejauh ini di Jabar belum terlaporkan penyakit tersebut. “Di daerah belum banyak terpantau karena kasusnya memang ada di dunia, di Jakarta ada dan di Jabar belum terpantau laporan yang signifikan,” tuturnya.
Terkait hal itu, RSUD Waled Kab Cirebon pun terus menekankan masyarakat untuk bisa hidup lebih bersih dengan meneraplan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Direktur RSUD Waled Kabupaten Cirebon, dr. Mohamad Luthfi, menyampaikan, deteksi dini gejala hepatitis akut ini harus dilakukan. Langkah preventifnya, menurut dia, bisa dimulai dari level Puskesmas. Hal yang paling utama dalam mewaspadai hepatitis akut ialah ketika diketahui ada mual, mata kuning dan demam. “Kalau beberapa puskesmas memiliki kemampuan melakukan pemeriksaan laboratorium untuk skrining virus hepatitis A,B dan C itu akan lebih baik,” ujar Luthfi, Minggu (15/5/2022).
Jika sudah dilakukan skrining di tingkat Puskesmas, kata dia, maka selanjutnya tingkat rumah sakit yang akan mendiagnosa untuk mengetahui penyebab dari hepatitis A,B dan C. Dengan cara tersebut, kriteria hepatitis akut akan diketahui. “Karena yang hari ini terjadi bukan hepatitis A,B,C dan E,” terangnya. Menurut Luthfi, jika pemeriksaan diagnostik hepatitis A sampai C negatif, maka akan masuk pada pemeriksaan hepatitis akut yang penyebabnya belum diketahui secara pasti. Sebagai langkah antisipasi, pihaknya pun sudah menyiapkan ruang isolasi meskipun sejauh ini belum ada kasus terdeteksi di Jawa Barat. Namun, ruang isolasi yang dimaksud, berbeda dengan ruang isolasi Covid.
Ia mengimbau kepada masyarakat agar dapat menerapkan pola hidup sehat dan bersih. Karena penularan hepatitis akut ini melalui makanan dan lebih banyak menyerang anak-anak usia 16 tahun ke bawah. “Makanya harus diwaspadai di tingkat sekolah, terutama makanan yang dijajakan di sekolah-sekolah,” tandasnya.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon menyebarkan surat kewaspadaan dini ke seluruh Puskesmas dan rumah sakit yang ada di Kabupaten Cirebon, menyusul ditemukannya kasus hepatitis akut misterius yang mengancam kesehatan anak baru lahir sampai 16 tahun. Hal tersebut dilakukan sebagai salah satu antisipasi yang harus dilakukan untuk mencegah potensi ancaman hepatitis akut tersebut.
Kepala Dinkes Kabupaten Cirebon, dr Hj Neneng Hasanah melalui Kasi Surveilance dan Imunisasi Dendi Hamdi, menyampaikan, pihaknya juga baru saja melaksanakan zoom meeting dengan Kemenkes RI terkait antisipasi yang harus dilakukan di daerah.
“Sejauh ini di Kabupaten Cirebon belum ditemukan kasusnya,” ujar Dendi, Senin (9/5/2022). Menurut Dendi, hal lain yang perlu ditekankan kepada masyarakat adalah terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), sehingga bisa menurunkan potensi penyebaran kasus hepatitis akut dan berat tersebut. (red/adv)