Home » Cirebon » DPRD Kab Cirebon Apresiasi Kerukunan Umat Pada Perayaan Capgomeh Di Ciledug

DPRD Kab Cirebon Apresiasi Kerukunan Umat Pada Perayaan Capgomeh Di Ciledug

CIREBON – Acara perayaan Cap Go Meh atau hari ke-15 pasca tahun Baru Imlek di Klenteng Lok Pin Tong, Desa Ciledug Kulon, Kec Ciledug, Kab Cirebon, diisi dengan silaturahmi dan dialog. Meskipun tidak ada arak-arakan atau kirab budaya seperti tahun-tahun sebelumnya, namun kegiatan Capgomeh tahun ini tetap terlaksana dengan diisi diskusi, Selasa (15/2/2022). Sebuah keadaan yang patut disyukuri, mengingat pada tahun 2021, semua kegiatan yang berhubungan dengan mobilisasi massa wajib dihentikan.

Acara yang dihadiri oleh sejumlah perwakilan lintas umat beragama yang tergabung dalam Forum Komunikasi Lintas Iman (Forkolim) Ciledung, semakin semarak ketika salah seorang anggota DPRD Kabupaten Cirebon Dapil Ciledug dan sekitarnya yakni Mad Saleh, hadir ditengah tengah para undangan. Dalam wawncara khusus dengan Tim JP ia pun mengapresiasi terkait keberagaman budaya dan agama yang ada di Ciledug namun hingga saat ini tetap kondusif dan hidup berdampingan.

“Saya sebagai wakil rakyat sangat senang diundang oleh masyarakat dalam acara Capgomeh ini, apalagi di dalamnya ada Forkolim. Kehadiran saya di sini sekaligus untuk menampung aspirasi, dan alhamdulillah kita sudah betul-betul menciptakan suasana kondusif dan hidup dalam kebersamaan meski di Ciledug ini ada keberagaman umat,” ucapnya.

Menyinggung perayaan Capgomeh yang tidak digelar dengan arak-arakan dan kirab, Mad Saleh yang juga Ketua Komisi II DPRD ini meminta semua pihak agar memakluminya. “Kita semua tahu, negeri ini masih dilanda Pandemi Covid-19, disusul dengan adanya Omicron. Kecewa itu pasti ada, tapi kita kembalikan lagi di adanya momen ini berbarengan dengan situasi covid yang kembali meningkat, jadi harus dimaklumi,” jelasnya. DPRD juga mengapresiasi kiprah Forkolim yang sudah sejak lama berkecimpung dalam menjalin kerukunan antar umat beragama. Tetap semangat, tetap bersatu padu, dan saling menghargai satu sama lain,” pesannya.  

Sementara itu, perwakilan dari Klenteng Lok Pin Tong Ciledug, Jayadi Kampeng menjelaskan situasi dua tahun kebelakang ini dirudung Pandemi sehingga berdampak pada sejumlah perayaan termasuk Capgomeh. “Tanpa mengurangi rasa hormat kepada pemerintah, kami pun menggelar kegiatan tanpa diisi dengan arak-arakan dan hanya diisi silaturahmi sesama warga Tionghoa dan warga sekitar dari berbagai umat beragama. Kami juga mengundang birokrasi dalam hal ini pemerintah kecamatan Ciledug,” ungkapnya.

Jayadi juga menyampaikan informasi kepada masyarakat terkait budaya Capgomeh yang digelar setiap hari kelima belas pasca perayaan Imlek atau penutupan perayaan musim semi. “Capgo itu artinya 15, jadi Capgomeh adalah perayaan Imlek di hari kelima belas. Biasanya kami mengisi  egiatan dengan ritual yang digelar pada tanggal 1 dan tanggal 15 pada penanggalan Imlek,” ulasnya.

Selain itu, kegiatan lainnya yang berkenaan dengan perayaan Capgomeh dan Imlek yakni dengan bersih-bersih Kelenteng. Kegiatan ini biasanya digelar tiga hari sebelum perayaan Imlek. “Kami melakukan pembersihan patung-patung, bangunan klenteng, tempat abu, altar dan sebagainya. Itu merupakan tradisi yang digelar setahun sekali,” tandasnya.

Pihaknya berharap, ke depan tetap tercipta rasa kekeluargaan yang terjalin diantara masyarakat Tionghoa dan lintas umat beragama yang ada di Kecamatan Ciledug, Kab Cirebon. “Harapan kami, semoga ke depan tetap bersatu padu dan hidup berdampingan dengan semua umat karena kita semua adalah bagian dari NKRI,” pungkasnya.

Adapun Ketua Forkolim Suherman menjelaskan bahwa pada diskusi perayaan Capgomeh tahun ini dihadiri oleh sejumlah perwakilan umat beragama, antar lain dari Faroki, Ahmadiyah, Sunda Wiwitan, Elemen birokrasi (Kec Ciledug, GP Ansor, dan lainnya. Ia juga memaparkan alasan mengapa perayaan Capgomeh tahun ini dibuat sederhana.

“Mengapa tidak ada kirab dan arak-arakan karena Pandemi yang masih lumayan, terlebih dengan adanya Omicron. Rencana kirab awalnya memang ada namun akhirnya dihilangkan dan hanya diisi dengan diskusi tentang keimanan,” terang Kang Herman begitu Ia akrab disapa. Pihaknya juga menjelaskan, selama kegiatan para undangna tetap menjaga prokes dan jumlah undangan pun dibatasi. “Kekecewaan pastiada, tapi apa boleh buat kita harus mengerti dengan keadaan. Daripada tidak digelar sama sekali,” cetusnya. (jay/adi/adv)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*