KUNINGAN – Kisah inspiratif pekan ini datang dari H. Asim, Bos atau Owner dari Perusahaan Otobus (PO) Tunggal Jaya Transport yang garasinya berada di Kab Kuningan. Bukan hal yang mudah untuk mencapai posisinya seperti sekarang, melainkan harus menempuh perjuangan yang berliku hingga lelaki yang hanya lulusan SD ini memiliki 10 unit bus dengan aset total sekitar Rp 15 miliar. Kini perusahannya sudah dihibahkan kepada anak laki-lakinya yang bernama Didi, mengingat usia H. Asim kini sudah tak muda lagi. Berikut kutipan wawancara Tim JP dengan H. Asim, Sabtu (22/8/2020) di Garasi PO Tunggal Jaya.
Ulasan berita ini bisa juga disimak di channel YouTube: JPNEXT TV dalam Rubrik Talkshow H. Asim. Klik
Kepada Tim JP yang didampingi Ahmad Fauzan dari DT Tour, Ia menceritakan asal mula usahanya di bidang transportasi dimulai saat ia merantau dan diminta pulang oleh orang tuanya sekitar tahun 1973 silam. Dan tahun 1974 Ia langsung mengajukan pinjaman ke bank dengan dana pinjaman sebesar Rp 40.000 dan uang tersebut lalu dibelikan olehnya sebuah sepeda, kiloan gantung, dan langsung berjualan ubi dengan pemasaran hingga ke Jakarta.
Sekitar tahun 1994 ia mulai membulatkan tekad untuk berbisnis di bidang transportasi dan hal itu memang sudah menjadi impian H. Asim sejak puluhan tahun yang lalu. “20 tahun pak, mimpi itu baru jadi kenyataan, tepatnya sepulang saya dari Jambi. Dengan modal awal Rp 100 juta, saya beli satu unit bus yang ukuran medium dan belum ber-AC seharga 49 juta. Alhamdulillah berjalan lancar sampai sekarang,” kenangnya. Awalnya Ia membuka rute Sumatera dan akhirnya berkembang ke sektor pariwisata dengan membuka CV dan meningkat lagi dengan memiliki PT. Dalam perjalanannya membesarkan PO Tunggal Jaya, Ia tak hanya mengantarkan penumpang saja tetapi menerima juga jasa penitipan uang.
Adapun filosofi nama Tunggal Jaya sendiri merupakan mana pemberian dari sang ayah. “Saya memiliki 3 Saudara laki-laki dan 4 Saudara perempuan, total 7 orang bersaudara. Semua saudara laki-laki saya berjualan ubi dan tidak ada yang sukses. Akhirnya ayah saya menamakan usaha-usaha yang saya jalankan dengan nama Tunggal Jaya. Tujuannya biar usaha apa saja bisa jadi maju, baik usaha kios di Bandung, usaha Heller gabah, peternakan, dan lainnya itu pun pakai nama Tunggal Jaya. Jadi nama itu dari bapak saya, begitu juga dengan nama saya Asim itu juga pemberian orang tua dan gak bisa dirubah,” ulasnya.

Tak hanya konsen di bidang bisnis saja, H. Asim juga mengabdikan dirinya untuk Desa Bojong, Kec Cilimus, Kab Kuningan, sebuah desa terpencil tempat ia tinggal. Jabatannya di desa tersebut yakni sebagai Anggota LPM dan sudah 4 periode masa jabatan. Hingga munculah aturan baru yang akhirnya ia dengan suka rela melepaskan jabatan tersebut namun tetap mengabdikan dirinya sebagai Anggota DKM (Dewan Kemakmuran Masjid). “Kalau hitungan waktu ya rugi, karena nawaitu (niat) saya ibadah Alhamdulillah banyak yang sudah dicapai. Di tahun 2005 Desa Bojong mendapat Juara 1 Desa terbaik se-Kabupaten Kuningan dan mendapat pengahrgaan,” katanya. Menurut H. Asim, makna ibadah itu luas, bukan hanya sembahyang saja, melainkan mengabadikan diri untuk kepentingan masyarakat juga bermakna ibadah.
Adapun berbicara suka duka membesarkan PO Tunggal Jaya tersebut, Ia membesarkannya dengan penuh perjuangan salah satunya dengan mengembangkan manajemen pada sektor usaha lain seperti usaha beras, ayam petelur, usaha ubi, dan lainnya. Karena kalau dibandingkan dengan usaha-usaha tersebut tingkat kerugian atau resiko di dunia usaha Transportasi jauh lebih besar. Namun hal itu bisa di atasi dengan motivasi tinggi untuk membaahgiakan orang lain.
“Orang-orang di desa saya kalau saya beli bus baru sering saya ajak ziarah dan saya beri uang. Itu saya lakukan sebagai support untuk kegiatan keagamaan. Alhamdulillah saya bangga,” imbuhnya. Dari sisi keberkahan Ia pun menegaskan bahwa dia seorang pengusaha yang anti leasing, ia lebih memilih perbankan sebagai mitra untuk pengembangan usahanya. Ia pun memiliki harapan kepada pihak perbankan milik pemerintah agar memaksimalkan kucuran dana untuk masyarakat yang sedang berwirausaha.

Dalam memberikan harga sewa bus, H. Asim tidak hanya mengutamakan keuntungan atau bisnis semata melainkan tetap melaksanakan motivasinya dalam beribadah. Seperti contohnya ia memberikan harga sewa yang lebih murah jika bus dipakai untuk ziarah. “Saya suka sedih karena ada yang sampai seminggu nyicil demi untuk bisa ikut ziarah. Nah kalau hal itu menimpa diri saya bagaimana. Maka dari itu untuk ziarah harga sewa bus lebih murah daripada untuk piknik. Itung-itung kita sodaqoh,” tegasnya.
Selain itu, ia pun tak lupa membayarkan zakat dan menyantuni anak yatim, karena ia sadar bahwa rezeki merupakan titipan Sang Kholiq yang harus diberikan kembali kepada yang membutuhkan. “Dunia itu hanya titipan, mau pergi atau diambil nggak pamitan dulu kan. Jadi saya tetap perhatikan gaji karyawan saya dulu lebih diutamakan, dan selalu menaati aturan pemerintah yakni menggaji karyawan diatas UMK Kabupaten Kuningan,” tandasnya.
Sementara itu membahas soal imbas dengan adanya wabah Covid-19, ia menegaskan hal itu sangat terasa dampaknya. Namun dengan pikiran yang terbuka dan sadar, Ia pun menuturkan bahwa hal itu adalah musibah yang harus diterima dengan ikhlas.
“Kuncinya adalah kita harus menerima, pandai-pandai memenej dan harus punya usaha lain untuk men-support usaha yang sedang terpuruk. Jadi terima saja adanya wabah ini, toh yang merasakan bukan hanya saya sendiri tetapi ini wabah yang dirasakan dunia. Sambil kita terus berdoa semoga negeri ini cepat pulih kembali,” pungkas Haji Hasyim. (jay/jp)
