Home » Karawang » Gebang Karawang » Pose “2 Jari” dan Pantun Kepala Kemenag Karawang, Sucikah Netralitas PNS?

Pose “2 Jari” dan Pantun Kepala Kemenag Karawang, Sucikah Netralitas PNS?

KARAWANG – Menariknya di Pilkada Karawang. Bupati dan Wakil Bupati yang sedang menjabat, ikut dalam kontestasi dan keduanya menjadi lawan. Yang bikin menarik, terbelahkah ASN di lingkungan Pemkab Karawang? Lalu, bisakah kesucian netralitas PNS dijaga?

Terkait itu, yang kini sedang ramai jadi perbincangan di daerah berjuluk kabupaten lumbung padi itu adalah beredarnya foto Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Karawang, H. Sopian berpose menunjukkan dua jari bersama Bupati setempat, Hj. Cellica Nurrachadiana, dalam suatu acara.

Kepala Kemenag Karawang sedang berfoto bareng calon petahana seraya menunjukkan dua jari

Ada yang beranggapan kalau foto tersebut simbol dari parktik politik praktis yang dilakukan Kepala Kemenag Karawang. Ada juga yang menyanggahnya, dengan mengasumsikan kalau dua jari yang ditunjukkan Kepala Kemenag Karawang itu hanyalah pose dalam berfoto. Dan itu dianggap wajar, terlebih proses Pilkada Karawang belum pada pendaftaran calon.

“Itu hal yang wajar, terlebih belum masuk wilayah kampanye. Ada gak aturan mengenai pose jari di KPUD? Kalau pun ada, kan belum masuk kampanye, daftar saja belum,” ujar Koordinator Kaukus Masyarakat Karawang, Fradifta Rizky Akbari, kepada jabarpublisher, Sabtu (7/3/2020).

Koordinator Kaukus Masyarakat Karawang, Fradifta Rizky Akbari

Menurut dia, adapun pantun yang dilontarkan Kepala Kemenag saat membuka acara peresmian programnya, itu merupakan sesuatu yang wajar. Dimana seorang Kepala Kemenag memberikan ucapan terimakasih pada Bupati Karawang, lewat sebuah pantun.

“Itu karena Pemkab Karawang yang dinahkodai oleh Cellica, sudah dianggap mampu mengelaborasikan program kegiatan Kemenag dan pemerintah daerah. Yang mana dalam hal ini Pemkab Karawang memberikan support penuh terhadap program-program Kemenag Karawang,” katanya.

Sebelumnya, kritik dilontarkan Ketua Umum GP Maskar (Gerakan Perubahan Masyarakat Karawang), Ritchie Freddy Suntara. Dia sangat menyesalkan sikap Kepala Kemenag Karawang atas pose foto dan pantun yang dilontarkannya di acara peresmian kelima Kampung Santri Bojong di Desa Rengasdengklok pada Rabu (4/3/2020).

Menurut dia, sikap politik praktis terlalu kentara ditunjukan oleh Kepala Kemenag Karawang. Terlebih ditegaskan Freddy, sebelumnya Kepala Kemenag, H. Sopian memang diisukan akan menjadi pendamping atau calon wakil bupati dari pencalonan Cellica Nurrachadiana di Pilkada 2020.

“Kalau soal kalimat pantun yang disampaikan H. Sopian sih mungkin masih bisa ambigu penafsirannya. Tapi kan sebelumnya ada foto beliau berfose salam dua periode dengan Cellica Nurrachadiana langsung. Foto ini jelas menunjukan sikap politik praktis H. Sopian untuk mendukung Cellica di Pilkada. Padahal beliau kan statusnya PNS,” tutur Freddy.

Padahal ditegaskan Freddy, berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 42 Tahun 2004, tentang pembinaan jiwa korps dan kode etik Pegawai Negeri Sipil (PNS), setiap PNS dilarang melakukan perbuatan yang mengarah pada keberpihakan salah satu calon atau perbuatan yang mengindikasikan terlibat dalam politik praktis/berafiliasi dengan partai politik.

“Sikap kita yang sangat menyayangkan H. Sopian ini bukan berarti karena alasan kita sebagai Relawan Kang Jimmy. Tapi karena persoalan H. Sopian yang notabene merupakan PNS yang harus menjaga netralitas dalam setiap momentum politik apapun. Apalagi beliau ini pimpinan tertinggi Kemenag Karawang yang harus menjadi contoh buat bawahannya. Malu atuh Kang Haji sama bawahan,” sindir Freddy.

“Karena bagaimanapun juga proses demokrasi Pilkada Karawang harus berjalan dengan jujur dan adil. Jangan mentang-mentang Kepala Kemenag, terus bisa seenaknya saja di dalam menunjukan sikap politiknya. Kalau bukan PNS sih gak masalah. Kami GP Maskar minta Bawaslu Karawang untuk menindaklanjuti permasalahan ini,” tandas Freddy.

Berikut pantun yang dilontarkan Kepala Kemenag Karawang, H. Sopian di acara Peresmian kelima Kampung Santri Bojong di Desa Rengasdengklok pada Rabu (4/3/2020).

“Tanjungpura ke Batujaya, lewatnya Tunggakjati. Kegiatan keagamaan semakin jaya, sejak Teh Celli jadi bupati”. (zen)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*