KARAWANG – Curah hujan tinggi yang mendera Karawang, menjadikan sejumlah wilayah di kabupaten tersebut terendam. Ribuan warga pun, kesusahan akibat bencana tersebut. Bahkan tak sedikit diantaranya harus mengungsi.
Banjir terparah di Karawang terjadi pada Senin (24/2/2020). Sebanyak 17 kecamatan terendam. Akibat banjir itu, sebanyak 15.734 KK atau 47.670 warga dibuat susah.
Kecamatan terdampak yaitu Kecamatan Teluk Jambe Barat, Kutawaluya, Jayakerta, Cilebar, Rengasdengklok, Tegalwaru, Pangkalan, Ciampel, Karawang Timur, Pedes, Karawang Barat, Cikampek, Teluk Jambe dan Cilamaya Wetan. Paling parah, terjadi di Kecamatan Rengasdengklok.
Data BPBD Kabupaten Karawang per 25 Februari 2020, pukul 20.00 WIB, menyebutkan, dari jumlah warga yang terdampak di kabupaten, sebanyak 3.111 KK atau 9.770 jiwa mengungsi.
Banjir dipicu oleh berbagai faktor semisal intensitas hujan tinggi di wilayah Karawang, drainase yang buruk serta sumbatan sampah pada saluran sungai yang dibangun di bawah permukaan sungai atau sipon.
BPBD setempat dibantu dengan dengan instantsi terkait lainnya telah melakukan upaya evakuasi sejak Senin (24/2/2020). Tenda dan dapur umum dioperasikan untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum mereka yang mengungsi. Selain itu, mereka juga menerima bantuan logistik permakanan dan selimut.
Pendataan sementara, kerugian materi yaitu 14.808 unit rumah yang terendam banjir, 3 masjid, 1 sekolah, dan 842 hektare sawah. Perkiraan nilai kerugian senilai Rp 179 juta.
Bupati Karawang telah menetapkan status tanggap darurat bencana alam banjir, longsor, dan angin puting beliung. Status ini berlaku pada periode 14 hari, terhitung sejak 26 Februari 2020 hingga 10 Maret 2020.
Kepala BNPB Doni Monardo memastikan segala kesulitan warga bisa teratasi dan menyiapkan langkah pencegahan serta penanggulangan bencana di masa mendatang.
“Pada 2016 banjir besar mengakibatkan 71.333 jiwa terdampak dan 10.272 rumah terendam di wilayah Kecamatan Karawang Barat,” katanya. (zen)