Home » Cirebon » Pertama dalam Sejarah! Klenteng “Lok Pin Tong” Ciledug Libatkan Birokrasi pada Prosesi Sakral

Pertama dalam Sejarah! Klenteng “Lok Pin Tong” Ciledug Libatkan Birokrasi pada Prosesi Sakral

CIREBON – Klenteng Lok Pin Tong yang terletak di Desa Ciledug Kulon, Kecamatan Ciledug, Kabupaten Cirebon, menggelar ulang tahun yang ke 128, Kamis (5/9/2019). Yang unik dari prosesi HUT tahun ini adalah dilibatkannya pihak luar dalam jajaran birokrasi khususnya, yakni Kecamatan Ciledug untuk melakukan prosesi yang cukup sakral, berupa penggantian jubah salah satu dewa bernama Hok Tek Tjen Sin atau yang dikenal dengan dewa tuan rumah.

PROSESI – Camat Ciledug H. Solihin HS saat didaulat dalam upacara sakral di Klenteng Lok Pin Tong.

Sementara itu, Camat Ciledug, H. Solihin HS menyampaikan apresiasi atas undangan dari Klenteng Lok Pin Tong tersebut. “Ini suatu kebanggaan maupun kehormatan bagi kami yang sudah didaulat oleh panita untuk turut menyematkan jubah kepada salah salah satu dewa yang katanya dewa tuan rumah,” terangnya.

Solihin menjelaskan, prosesi tersebut merupakan momentum yang memecahkan sejarah, karena baru kali ini pihak klenteng melibatkan birokrasi khususnya Kecamatan Ciledug dalam kegiatan internal Klenteng. “Ini merupakan bukti meski masyararakat Ciledug terdiri dari multietnis dan multiagama tapi bisa tetap hidup dalam kebersamaan,” terangnya.

Sedangkan Pengurus Klenteng Lok Pin Tong, Suhendi, kepada Jabar Publisher mengatakan, dengan melibatkan pihak luar, perayaan HUT tahun ini menjadi lebih meriah. “Dengan melibatkan pihak luar klenteng jadi lebih ramai pastinya. Ke depan diharapkan bisa seperti ini. Tapi memang ada aturan-aturan yang harus kita tempuh terlebih dahulu, seperti ritual untuk izin, berkenan atau tidak (dewa-nya) untuk melibatkan pihak luar,” ungkap Suherman.

JELASKAN – Pengelola Klenteng Lok Pin Tong saat menjelaskan upacara sakral perayaan HUT ke 128.

Ia menjelaskan, prosesi yang dilakukan yakni mengganti jubah atau baju dewa. Sedangkan para pengawalnya yang ada di sisi kiri dan kanan dewa diganti oleh pihak klenteng. “Jadi tiap klenteng itu ada dewa tuan rumahnya, nah di klenteng Lok Pin Tong ini dewa tuan rumahnya bernama Hok Tek Tjen Sin.

Sementara itu, Ketua Forum Komunikasi Lintas Iman (Forkolim) Suherman menyambut baik inisiatif klenteng yang melibatkan pihak luar. “Ini merupakan bukti meski kita hidup di tengah keberagaman namun bisa tetap berbaur dan bersatu. Terlebih klenteng ini merupakan salah satu klenteng tertua di Cirebon Timur,” ungkapnya.

Herman, begitu Ia akrab disapa menyampaikan juga bahwa dalam waktu dekat akan menggelar sebuah acara lintas agama yang berisi kegiatan budaya dan sejarah. “Tanggal 27 dan 28 September mendatang kami akan menggelar acara Midang Cirebon Timur yang juga mengundang para pihak terkait, dinas, para ulama, dan perwakilan lintas umat beragama,” pungkasnya. (jay)

Sejarah Klenteng Lok Pin Tong

Awalnya Klenteng merupakan rumah bagi tiga ajaran Budha, Konghutcu dan Taoisme.
Hanya saja pada perjalanannya karena perustiwa politik bangsa yang berkembang dan mendapat pengakuan adalah Agama Budha dan Konghutcu, sedangkan Tao kurang begitu berkembang di Indonesia.

Pada masa selanjutnya di indonesia Klenteng menjelma menjadi “rumah adat” bagi orang Chinese di Indonesia.

Nilai budaya leluhur dari ajaran Tri Darma di Cirebon Timur di bawa oleh
Jenny Be Kiam Nio yang dilahirkan pada tahun 1893 yg merupakan putri keempat dari Be Kwat Koen dan The Siang Ling (1865-1934). 

Dia juga adik perempuan ketiga dari Be Soen Nio. Orangtuanya merupakan tokoh Tionghoa yang dihormati di Jawa.

Be Kiam Nio menikah dengan Kwee Zwan Lwan (1893-1946) , anak tertua dan direktur pabrik gula Djatti Piring di Ciledug. Keluarga Kwee di Jawa Barat yang dekat dengan perbatasan Jawa Tengah , merupakan keturunan dari Kwee Giok San.

Kwee Giok San berasal dari Lungtzi , sebuah kota kecil dekat Zhangzhou (Fukien). Di tahun 1840 , Giok San menempuh perjalanan ke Nanyang dan di tahun 1850 tiba di Jawa Tengah dan menjadi pedagang di Ciledug, kawasan timur dari Cirebon.

Awal kehidupan Kwee Giok San penuh dengan kesulitan. Anak Giok San , yaitu Kwee Boen Pien dilantik menjadi kapitan di Ciledug. Anak Kwee Boen Pien, Kwee Keng Liem mendirikan pabrik gula Djatti Piring di tahun 1896 dan untuk empat dekade berikutnya keluarga Kwee berada dalam kemakmuran. (*)

REFERENSI Sejarah Klenteng seperti dikutip dari :

Post , P. 2009 , “ Java’s Capitan Cina and Javanese Royal Families Status , modernity and Power Major-titular Be Kwat Koen and Mangkunegoro VII”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*