CIREBON – Setelah santer pemberitaan adanya seorang ustad berinisial AM yang diduga mencabuli delapan muridnya dan kini diciduk Polisi, redaksi Jabar Publisher kembali melakukan investigasi khusus. Alhasil, Kuwu Babakan Gebang, Yeni pun angkat bicara.
Ditemui di kediamannya dalam agenda konfirmasi, Rabu (26/6/2019), Yeni, menceritakan secara rinci baik kronologis masalah dugaan pencabulan itu hingga imbas dari kasus tersebut.
“Pada intinya, masalah ini kan sudah ditangani Polisi. Baiknya kita hormati saja prosesnya sampai ada putusan hakim di pengadilan,” ungkap Yeni membuka pembicaraan.
Kuwu yang dikenal gesit dalam mengayomi warganya ini, pada awalnya sudah mencoba berbagai cara agar masalah ini tidak melebar dan bisa selesai secara kekeluargaan. Namun karena baik keluarga pelapor maupun terlapor sama-sama keras dan punya pembenaran sendiri-sendiri, akhirnya pelaporan yang berujung penangkapan ustad AM sekaligus Ketua Yayasan ini tak bisa lagi dihindari.
“Sebenarnya warga (keluarga korban) menunggu yang bersangkutan untuk meminta maaf. Namun dikasih waktu satu minggu tidak ada itikad minta maaf dari ustad (terlapor). Akhirnya terjadilah pelaporan itu, bahkan warga juga kompak patungan untuk berangkat guna melaporkan masalah ini,” ulasnya.
Selain itu, lanjut Kuwu Yeni, warga juga sempat mengancam demo karena kasus ini dinilai tidak ada tindak lanjut padahal sudah lama dilakukan pelaporan. “Saya mengikuti betul dari awal. Bahkan membahas ini secara serius dengan Pak Kapolsek Babakan. Selanjutnya pak kapolsek juga menelepon Kanit PPA untuk berdiskusi. Waktu itu sedang ramai info warga disini mau pada demo,” imbuhnya.
Di pihak lain, warga pun melakukan rapat dengan dihadiri oleh pemilik lahan yang mewakafkan tanahnya untuk Musholla dan PAUD tersebut. Hasil kesepakatannya adalah warga meminta PAUD itu dibongkar atau dipindahkan ke tempat lain karena memicu trauma atas insiden yang sudah berlangsung menahun itu. Sedangkan kuwu saat rapat tersebut itu tidak bisa datang karena ada keperluan lain, namun Ia menerima laporannya.
Tak lama berselang setelah ada kesepakatan, Kuwu Yeni kedatangan tamu dari guru PAUD dan pengurus Yayasan, yang pada intinya mereka mengaku keberatan jika PAUD itu dibongkar. “Ya kata mereka waktu itu, yang berbuat itu kan Ustadnya, cuma tepatnya saja di PAUD. Kalau PAUD ini dibongkar lalu mau dipindah kemana, kasian anak-anak yang sekolah. Di sisi lain, warga juga mendesak agar PAUD dipindah, yang penting lokasinya jangan disitu (ditempat yang sekarang), karena memicu trauma,” ulas Yeni.
Di akhir wawancara, Yeni juga menjelaskan jika suasana di sekitar TKP hingga hari ini masih panas alias belum mereda. Namun kembali Ia mengimbau kepada semua pihak agar bisa menahan diri dan menghormati proses hukum yang sedang berjalan. (jay/adi)