JAKARTA – Selasa subuh, tanggal 11 April 2017 atau tepatnya dua tahun silam, dua orang tak dikenal menyiramkan air keras ke wajah penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan.
Akibat siraman air bersifat korosif tersebut, mata kiri penyidik senior KPK ini rusak 95 persen. Peristiwa sadis yang terjadi saat Novel hendak berjalan pulang ke rumahnya usai melaksanakan salat subuh di Masjid Al-Ihsan ini masih buram.
Lebih 700 hari polisi belum berhasil menangkap pelakunya. Presiden Joko Widodo (Jokowi) batal membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) independen untuk mengungkap kasus ini.
Untuk mengingatkan kembali teror air keras kepada Novel sekaligus menuntut keadilan, Wadah Pegawai KPK akan menggelar panggung rakyat antikorupsi di Lobby Gedung Merah Putih KPK, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan pada Kamis 11 April mendatang.
“Pekan depan KPK akan memperingati teror penyiraman air keras terhadap penyidik Novel Baswedan yang menyebabkan matanya hampir buta, namun pelakunya belum tertangkap,” ungkap Ketua Wadah Pegawai KPK, Yudi Purnomo.
Alasan digelarnya panggung rakyat antikorupsi ini untuk mendesak Presiden membentuk TGPF independen. Tak hanya untuk pengungkapan kasus teror kepada Novel, TGPF dibentuk untuk mengungkap teror ke pimpinan KPK serta teror lainnya ke lembaga antirasuah ini.
Pihaknya sudah menyebar 1.000 undangan kepada tokoh nasional, organisasi pro pemberantasan korupsi, dan mantan pimpinan KPK serta eks pegawai KPK. Gerakan ini juga akan mendeklarasikan stop teror kepada pegawai dan pimpinan KPK.
Sebagai puncaknya, peringatan dua tahun teror penyiraman air keras kepada Novel juga akan diisi dengan sarasehan budaya oleh budayawan yang rutin menggelar forum-forum Maiyah di seantero Nusantara, Muhammad Ainun Nadjib (Cak Nun) serta konser musik bertema pemberantasan korupsi. “Peringatan ini sekaligus menjadi simbol bahwa rakyat Indonesia bersatu melawan korupsi,” tandas Yudi. (tim/jp)