CIREBON – Kondisi sejumlah rumah warga di Desa Rawaurip, Kec Pangenan, Kab Cirebon, tepatnya di Dusun Kalibangka Kidul, Blok Kliwon, benar-benar sudah darurat dan mengancam nyawa. Bagaimana tidak, tebing sungai Cimanis yang dulu cukup lebar kini jaraknya tinggal beberapa meter dari rumah warga, seperti tampak pada gambar.
Perasaan waswas dan gelisah makin hari makin menghantui warga sekitar. Seperti disampaikan Murip (55 tahun) dimana kediamannya diprediksi tak lama lagi akan tersapu arus sungai besar tersebut. “Gelisah mas, gak tenang kalau pun ditinggal kerja juga. Itu jarak tebing ke rumah saya tinggal semeter lebih. Pemerintah cuma janji-janji saja katanya bakal diperbaiki,” ujarnya kepada Jabar Publisher saat melakukan tinjauan langsung, Senin (8/4/2019) siang.
Ia menjelaskan, upaya perbaikan memang sudah pernah dilakukan pemerintah namun sifatnya hanya penanganan sementara, yakni dengan memasang bilah-bilah bambu (crucuk) ditepi atau tebing sungai. Jelas penanganan semacam ini tidak membuat warga lega. “Kalau ditahan dengan bambu, kami juga sudah pernah melakukannya bahkan saya sampai habis 5 truk pasir untuk ngurug. Ternyata perbaikan oleh pemerintah (BBWS Cimanuk Cisanggarung) juga sama seperti itu juga, ya beginilah hasilnya, tidak kuat menahan abrasi. Yang kami harapkan adalah pembangunan tanggul penahan tembok permanen agar lebih kuat. Intinya, pemerintah harus cepat ambil tindakan,” ulasnya.
Ogi, warga lainnya mengatakan bahwa saat rumahnya dibangun, jarak sungai ke rumah yang kini Ia tempati sekitar 6 meter lebih. Namun karena saat musim kemarau di sekitar sungai Cimanis digunakan untuk usaha produksi bata dan ternak ayam, maka abrasi pun tanpa terasa makin menggerus tepian sungai yang kini jaraknya kurang dari 2 meter.
“Dipakai untuk usaha bata dan ternak ayam. Usaha itu punya Pak Mukri, kakaknya Kuwu Rawaurip. Warga juga sempat demo tahun 2018 setelah terjadi longsor pada awal tahun. Nah sekarang seperti ini kondisinya. Tepian sungai sudah tidak bisa lagi dilalui mobil karena jalannya habis terkikis arus sungai dan tonase berlebih dari kendaraan. Tapi saat kemarau pasti dipakai lagi untuk usaha bata. Soal kondisi ini saya minta ada penanganan segera dari pemerintah, janganlah nunggu terjadi longsor atau jatuh korban,” ujarnya dengan nada kesal.
Bu Toto, warga lainnya yang tinggal di bantaran sungai Simanis juga mengaku semakin khawatir, terlebih saat turun hujan dengan waktu yang cukup lama. “Disini kadang tidak hujan saja air bisa tiba-tiba naik mas. Apalagi saat hujan deras, pasti makin mengikis pinggiran sungai karena selain dalam, di sini kan sungainya pas tikungan. Jelas kami khawatir dan kami sangat mengharapkan tindakan nyata dari pemerintah,” harapnya. (jay/adi)