MEDAN – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyaksikan langsung pelantikan 10 Pengurus Cabang Paguyuban Pasundan se-wilayah Sumatera Utara, di aula Medan International Convention Center (MICC) Kota Medan, Minggu (3/3/19).

HADIRI – Gubernur Jabar saat menghadiri pelantikan 10 Pengurus Cabang Paguyuban Pasundan se-wilayah Sumatera Utara di Medan.
Kesepuluh pengurus cabang yang dilantik oleh ketua PB Paguyuban Pasundan Didi Turmudzi tersebut antara lain PC Kota Medan, PC Kabupaten Asahan, PC Kabupaten Batubara, PC Kota Binjai, PC Kabupaten Deli Serdang, PC Kota Tebing Tinggi, PC Kabupaten Langkat, PC Kabupaten Serdang Bedagai, PC Kota Tanjung Balai dan PC Kota Pematang Siantar.
Pada sambutannya, Gubernur yang akrab disapa Emil ini berpesan agar warga sunda di Sumatera Utara harus bisa menyesuaikan dengan kultur lokal.
“Warga Jabar yang merantau disini hiduplah seperti air ikuti bentuk wadahnya artinya harus menyesuaikan,” katanya.
Dari pengamatannya, warga sunda yang merantau ke seluruh Indonesia merupakan warga yang paling mudah diterima oleh warga lokal. Emil menceritakan, saat terjadi konflik di suatu daerah, warga sunda biasanya menjadi penengah atau yang mendamaikan. Menurutnya, warga sunda adalah ahli diplomasi, salah satu tokohnya yaitu mantan Menteri Luar Negeri RI Muchtar Kusumaatmadja.
“Saya sangat senang karena orang sunda citranya positif maka harus dipertahankan, saya dengar dimana-mana selalu jadi juru damai, menandakan kita someah silih asah, asih, asuh dimanapun berada. Contohnya saja Muchtar Kusumaatmadja legenda Menlu datang dari tatar sunda,” ungkap Emil.
Ia mengaku bangga warga sunda di perantauan sudah memperlihatkan sifat ukhuwah watoniah atau persaudaraan dalam kebangsaan. Sebagaimana terlihat dari sejumlah pengurus PC Paguyuban Pasundan di Sumut mereka tidak hanya berasal dari suku sunda.
“Maka tidak heran PC Tanjung Balai diketuai oleh Usfansyah Marpaung, walaupun bukan etnis sunda semua tapi mau jadi pengurus Paguyuban Pasundan ini menandakan semangat pancasila sudah dipraktekan,” ujarnya.
Pada acara pelantikan pengurus cabang yang dirangkaikan dengan silaturahmi akbar Paguyuban Pasundan tersebut hadir ribuan masyarakat sunda dari berbagi wilayah Sumut. Mereka ada yang sudah menetap di tanah Karo hingga puluhan tahun lamanya.
“Saya sudah bilang ke ketua Paguyuban Pasundan kalau butuh apapun, alat kesenian atau menolong masyarakat silakan kontak saya Insya Allah akan dibantu,” ucap Emil.
Ketua Pengurus Besar Paguyuban Pasundan Didi Turmudzi mengatakan, pengurus cabang di Sumatera Utara tak hanya berasal dari etnis sunda tetapi juga dari suku batak dan minang. Selain di Indonesia, Ia pun telah melantik pengurus Paguyuban Pasundan di berbagai negara seperti Amerika, Kanada, Korea Selatan, Turki, Uzbekistan, Jepang, Australia dan beberapa negara di Eropa.
“Sudah kami lantik dan yang terakhir mengajukan itu di Polandia karena memang banyak mahasiswa Unpas dari berbagai negara,” kata Didi.
Sejarah Etnis Sunda di Sumatera Utara
Dari hasil seminar nasional yang dilakukan oleh pengurus Paguyuban Pasundan tentang awal mula masuknya entis sunda di Sumatera Utara, terungkap bahwa masyarakat sunda sudah datang pada akhir abad ke-19 tepatnya tahun 1875. Mereka awalnya berjumlah 250 orang yang mayoritas bekerja di perkebunan. “Kami simpulkan bahwa etnis sunda masuk ke Sumut ini pada akhir abad ke 19 tepatnya tahun 1875 awalnya sebanyak 250 orang sebagai pekerja,” kata Yonny Anwar, ketua Paguyuban Pasundan provinsi Sumut.
Dari tahun ke tahun jumlah etnis sunda semakin bertambah. Mereka tinggal di kawasan yang dekat dengan hutan jati. Bahkan wilayah hutan yang kini telah berubah menjadi jalan raya tersebut dinamai jalan Pasundan oleh pemerintah daerah tahun 1977.
“Ada sejarahnya bahwa dulu orang sunda masuk ke Medan menempati satu daerah yang dulunya hutan jati dan sekarang sudah menjadi jalan raya, karena di daerah itu mayoritas orang sunda maka pada tahun 1977 diresmikanlah nama jalan Pasundan,” jelasnya.
Yonny bersama warga sunda di Sumut bertekad, akan terus melestarikan seni budaya sunda. Ia mengatakan saat ini seni pencak silat begitu marak dan digandrungi warga Sumut. “Kami ingin menghidupkan seni budaya sunda disini. Sekarang ada perguruan pencak silat Cikalong, Cimande dan masih banyak lagi dan sudah disukai warga Sumut,” ujarnya. (adv/hms)