CIREBON – Kondisi memprihatinkan menimpa Sifana Sandriwinata (12 tahun) warga Desa Serang Wetan, Kec Babakan, Kab Cirebon yang kini menderita Thalasemia atau penyakit kelainan darah karena faktor genetik. Ia berjuang melawan penyakitnya selama kurang lebih 4 tahun.
Kondisinya kini makin menyedihkan dengan perut yang semakin membuncit. Kendati demikian, Sifa, sapaan akrabnya tetap memperlihatkan wajah yang ceria di depan siapapun, termasuk saat tim Jabar Publisher mengunjungi kediamannya, Jumat (15/2/2019) usai mendapat informasi.
Tak seperti anak lainnya yang mengenyam aktifitas di sekolah dan bermain, anak ketiga dari Susanah (46) tahun itu hanya bisa menghabiskan sebagian waktunya di dalam kamar. Di usianya yang sangat belia, Sifa terus berjuang agar penyakit yang dideritanya bisa sembuh.
Ibunda Sifa, Susanah didampingi istri Kuwu Serang Wetan mengaku tidak menyangka, penyakit langka itu bakal diderita anaknya. “Saya tidak menyangka kalau sekarang Sifa menderita Thalasemia (kelainan darah). Karena waktu usia 8 tahun, memang terlihat ada benjolan di perutnya, tapi masih sebesar jari kelingking. Saat itu, saya pikir hanya hanya benjolan biasa. Kemudian perut anak saya semakin lama mulai membesar. Saya bingung fikiran campur aduk karena tidak punya BPJS juga. Untuk berobat saya tidak ada biaya kerena saya kerja sendiri setelah pisah sama suami,” ungkapnya.
Berdasarkan informasi medis, mengapa perut Sifa semakin membesar karena pada tubuh penderita Thalasemia tepatnya pada bagian hati dan limpa ikut bekerja keras. Sumsum tulang pun punya beban besar. Akhirnya, organ tubuh lain (hati dan limpa) ikut memproduksi sel darah merah. Pada pasien thalasemia, sel darah merah ini mudah pecah kurang dari 30 hari. Padahal normalnya, sel darah merah pecah dalam rentang waktu 120 hari.
Kebingungan keluarga pun semakin menjadi, meski sejumlah ikhtiar sudah dilakukan. “Nanti bila ke rumah sakit terus dioperasi saya harus bagaimana. Dan pada akhirnya sekitar tahun 2018 sebelum Lebaran, kesehatan Sifa ngedrop. Saya dibantu sama Pemdes Serang Wetan langsung membawa Sifa ke RSUD Waled. Sifa dirawat selama 12 hari dan disitulah anak saya didiagnosa mederita thalasemia,” terang Susanah.
Dalam keadaan pasrah selama beberapa bulan, lalu ada seseorang yang datang ke rumah Susanah guna memberikan bantuan. “Mereka mengatasnamakan dari Relawan Atap Solidaritas. Mereka memberi bantuan kepada saya dan membawa Sifa ke RS Gunung Jati dan itupun tidak sampai selesai penangannya,” imbuh Sanah begitu dia biasa dipanggil.
Sehari setelah Ia pulang dari RS Gunung Jati datang lagi tetangga Sanah yang kenal dengan relawan lain yang juga menyatakan siap memberikan bantuan pengobatan untus Sifa. “Mereka dari relawan Sedekah Sehari Seribu (S3) dari Cirebon. Saya disuruh minta surat rujukan ke RS Gunung Jati untuk ke dirujuk ke RS Hasan Sadikin Bandung. Saya berada di disana kurang lebih satu minggu. Tapi tidak tahu kenapa setelah diperikasa dan menunggu hasil di Lab, saya harus melengkapi persyaratan dulu dan ternyata rujukan dari RS Gunung Jati hilang tidak tahu bagaimana kejadiannya. Saya khawatir dan akhirnya saya pulang ke Cirebon lagi, dijemput oleh petugas dari Pemdes Serang Wetan pada hari Senin tanggal 11 Februari lalu,” ulasnya.
Sanah juga menjelaskan, Relawan S3 masih tetap berusaha membantu saya walau sempat ada miskomunikasi sewaktu di RS Hasan Sadikin. “Alhamdulillah hari Sabtu (16/2/19) saya dibawa lagi ke RS Gunung Jati didampingi Bu Wiwi dan Bu Umi Riyanah untuk melanjutkan pengobatan anak saya. Semuanya diproses dan Sifa sudah dapat ruangan. Saya minta doa dari semuanya semoga Sifa cepat sembuh,” harap Ibunda Sifa.
Kendati sudah mendapatkan bantuan dari relawan, jelas permasalahan yang menimpa Sifa perlu mendapatkan uluran tangan pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan Kab Cirebon. Sehingga upaya pengobatan yang sedang dilakukan bisa lebih maksimal dan bisa diketahui bersama perkembangannya termasuk ketika ada kendala yang dihadapi selama proses pengobatan. (adi)