CIREBON – Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon gelar gebyar Hari Kusta Sedunia ke-66 tingkat Kabupaten Cirebon di Puskesmas Kedaton Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon, Rabu (30/1/2019).
Dalam gebyar hari kusta sedunia ke-66 tersebut mengangkat tema “Stop Diskriminasi, Ayo Sukseskan Eliminasi Kusta”.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, Enny Suhaeni melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Nanang Ruhyana mengatakan, dengan peringatan hari kusta sedunia ini diharapkan masyatakat akan lebih tau tentang penyakit kusta terutama dalam hal ciri-ciri penyakit kusta itu sendiri. Diantaranya mengetahui ciri-ciri penyakit kusta tersebut.
“Penyakit kusta disebabkan oleh bakteri atau kuman mycrobacterium laprea, gejalanya timbul bercak putih atau merah pada kulit dan kalau diraba tidak terasa. Jika ada bercak putih atau merah dan tidak terasa jika diraba, segera periksa ke Puskesmas terdekat, dan obatnya gratis,” kata Nanang Ruhyana.
Dijelakan Nanang, penderita kusta pada tahun 2018 ada penurunan, yakni sebanyak 228 kasus dan 11 kasus sudah dinyatakan sembuh. Sesuai target dari Kementerian Kesehatan bahwa prevalensi yang disebut bebas dari kusta adalah kurang dari 1/10.000 penduduk.
“Nah untuk Kabupaten Cirebon sampai saat ini sudah mencapai 0,97/10.000 penduduk. Terdapat penurunan,dari tahun 2016 sebanyak 245 kasus, tahun 2017 turun menjadi 232 kasus dan tahun 2018 turun lagi 228 kasus. Di Kabupaten Cirebon ada 65 Desa tersebar di 29 Kecamatan yang endemis kusta,” jelas Nanang.
Lebih lanjut disampaikan Nanang, kusta bukan penyakit kutukan, keturunan, guna-guna ataupun lainnya melainkan kusta itu adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau kuman mycrobacterium laprea.
“Kusta bisa ditimbulkan oleh cara bersentuhan secara terus menerus dan lama. Kalau cuman sekali, dua kali tidak bakal tertular. Jadi kami harapkan jangan kucilkan mereka, jangan diskriminasikan orang yang punya kusta. Hanya satu tahun pengobatan, itu kalau rutin dan Insya Allah akan sembuh,” kata Nanang.
Diakui Nanang, penyebaran kusta terbanyak masih di Kecamatan Kapetakan. Mengapa pihaknya lakukan gebyar disini. Karena disini lanjut Nanang, masih ditemukan sebanyak 33 kasus. “Diharapkan 2019 ini adalah masa terakhir untuk Kecamatan Kapetakan ini. Diharapkan juga dengan adanya gebyar disini masyarakat lebih tau kusta di daerahnya masih ada. Dan ternyata penyakit kusta bisa disembuhkan,” ungkap Nanang.
Diakhir, terutama untuk anak-anak yang masih sekolah dasar, melihat kasusnya lumayan, pihaknya melalui Dinas Kesehatan meminta kepada guru untuk mensupport kepada muridnya yang terkena kusta, tolong diingatkan agar mengambil obar tepat waktu. (gfr)