Demiz Serahkan BSPS di Rancabuaya
KAB. GARUT – Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar (Demiz) secara simbolis menyerahkan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) kepada warga penerima bantuan di Aula Kantor Desa Purbayani, Jl. Ahmad Yani, Desa Purbayani, Kecamatan Caringin, Kabupaten Garut, Kamis (5/10/17).
BSPS ini merupakan bantuan stimulan yang diberikan dalam program pembangunan Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu). Stimulan ini diharapkan bisa menggerakkan masyarakat lain untuk saling membantu. Ada 150 Rutilahu yang dibangun di tiga desa di Kecamatan Caringin ini, yaitu Desa Purbayani, Desa Cisewu, dan Desa Samuderajaya. Jumlah tabungan bantuan stimulan ini sebesar Rp 15 juta per unit rumah.
“Ini bantuan stimulan untuk pembangunan rumahnya. Makanya ini hanya stimulan. Rp15 juta bisa jadi nilainya Rp30 atau 40 juta apabila rumahnya sudah berdiri, karena sebagian besar dari masyarakat sendiri yang membantu. Dari toko material misalkan menyumbang, makanya ini kita namakan bantuan stimulan perumahan swadaya,” ungkap Demiz usai acara penyerahan BSPS.
Menurut Wagub, setiap tahun harus ada peningkatan jumlah Rutilahu yang dibangun di Jawa Barat. Data menyebutkan pada 2017 ada 18 ribu rutilahu yang dibangun, belum termasuk Rutilahu yang dibangun oleh Pemkab/Pemkot di Jawa Barat. Sementara dari 2013 hingga 2017 secara keseluruhan ada sekitar 60 ribu Rutilahu dibangun di seluruh Jawa Barat.
“Nyaris setengah triliun lebih dana itu digulirkan (untuk program Rutilahu). Belum lagi yang dari masyarakat langsung (swadaya). Luar biasa dana ini bergulir di masyarakat, sehingga rumah yang tidak layak tadi dibangun dan sehat, tapi juga menyerap sebagian tenaga kerja sekaligus media bagaimana masyarakat berinterkasi secara sosial membantu tetangganya,” kata Wagub dalam sambutannya di hadapan ratusan warga Kecamatan Caringin yang hadir dalam acara penyerahan BSPS.
Wagub berharap pembangunan Rutilahu di Jawa Barat bisa mencapai 100 ribu unit pada tahun depan. Dengan begitu akan lebih banyak lagi masyarakat yang menikmati program tersebut. Wagub menambahkan ada sekitar 1 juta unit Rutilahu yang mesti diperbaiki di Jawa Barat.
“Tapi ini pembangunannya secara bertahap. Bantuan dari kabupaten/kota, provinsi, dan juga (Pemerintah) pusat. Kalau kita gabung mudah-mudahan lebih cepat. Minimal ada rumah yang layak, sehingga tidak jadi sumber penyakit,” kata Wagub.
Rumah layak huni bisa menjadi indikator tingkat kesehatan masyarakat. Apabila masyarakat sehat, mereka pun bisa mengenyam pendidikan dengan baik. Dengan begitu kualitas hidup dan tingkat kesejahteraan masyarakat akan semakin meningkat pula.
Pada kesempatan ini, Wagub juga berterimakasih dan memberikan apresiasinya kepada para fasilitator program Rutilahu di Jawa Barat. Peran fasilitator dalam program pembangunan rutilahu yaitu mendorong masyarakat bergotong royong membangun rumah tidak layak huni, serta mengawasi penggunaan dana stimulam tersebut.
Proses pembangunan setiap unit Rutilahu bisa memakan waktu dua hingga tiga bulan. Ukuran setiap Rutilahu bermacam-macam, seperti salah satu proyek rutilahu yang dipantau Demiz masih dalam proses pembangunan memiliki ukuran 4×6 meter. Bantuan ini pun disambut baik oleh masyarakat penerima bantuan.
Aep (59) mengatakan sebagai penerima manfaat Rutilahu di Desa Purbayani, Kecamatan Caringin, Kabupaten Garut, dirinya menyambut gembira program ini. “Berarti ini ada perhatian dari Pemerintah. Harapan ke depan supaya Pemerintah bisa lancar kasih perhatian dan kasih bantuan untuk masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, Camat Caringin Sutiaman mengatakan bahwa bantuan pembangunan Rutilahu memberikan manfaat besar bagi warganya. Hal tersebut merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan sekaligus memberdayakan kehidupan masyarakat. Kata Sutiaman, progres pembangunan Rutilahu di kecamatannya rata-rata sudah mencapai 30%.
“Kami sangat berterimakasih dengan pembangunan Rutilahu ini. Setidaknya pengentasan kemiskinan di Kecamatan Caringin bisa lebih cepat, apalagi rekan-rekan unsur Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan – dalam hal ini Pak Danramil dan Pak Kapolsek mengerahkan pasukannya untuk mengawasi pelaksanaan renovasi dari Rutilahu tersebut,” ucap Sutiaman.
Sebelumnya, Demiz berserta rombongan sempat bersilaturahin dengan Kepada Sekolah, Guru, dan siswa/siswi SMA Negeri 28 Garut dan UPTD Puskesmas Sukarame di Jl. Letjen S Parman, Desa Purbayani, Kecamatan Caringin, Kabupaten Garut. Demiz sempat melihat sarana serta pelayanan di Puskesmas yang bersih dan asri ini. Jumlah pasien yang berobat ke Puskemas ini mengalami penurunan setiap tahunnya.
Mengkahiri kunjungan kerjanya selama dua hari ke Jabar Selatan, Demiz bersama rombongan berkunjung ke objek wisata Situ Cileunca di Pangalengan, Kabupaten Bandung. Di danau buatan seluas 1.400 hektar ini Demiz menabur benih ikan sebanyak 1,1 juta ekor. Hal ini merupakan upaya untuk meningkatkan produksi serta konsumsi ikan masyarakat Jawa Barat, serta mendukung sektor pariwisata di Pangalengan.
Warga Rancabuaya Ingin Proyek Pelabuhan Segera Dilakukan
Dalam rangkaian kunjungan kerjanya ke wilayah Garut Selatan ini, Demiz juga mendengar keinginan warga Rancabuaya yang ingin segera memiliki pelabuhan. Melaui Camat Caringin Sutiaman, warga Rancabuaya mengungkapkan harapannya agar pembangunan Pelabuhan Rancabuaya segera dilakukan.
“Kami juga sangat mengharapkan adalah terwujudnya pembangunan Pelabuhan Rancabuaya. Semoga ini bisa diwujudkan demi peningkatan penghasilan dan kesejahteraan nelayan,” harap Sutiaman di hadapan Demiz dalam acara penyerahan BSPS di Aula Kantor Desa Purbayani, Jl. Ahmad Yani, Desa Purbayani, Kecamatan Caringin, Kabupaten Garut, Kamis (5/10/17).
Menanggapi hal tersebut, Demiz menjelaskan bahwa sebenarnya pihak Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menganggarkan dana Rp 12 Miliar untuk proyek Pelabuhan Rancabuaya. Namun, proyek tersebut gagal pada tahap lelang.
“Ini pelabuhan sudah ada dananya Rp 12 Miliar, tinggal dibangun. Tapi gagal lelang. Makanya perlu doa, Pak Camat. Doa yang kurang ini. Duitnya ada tapi kenapa ga jadi tuh barang (proyek pelabuhan). Tidak bisa dilelang. Semestinya tinggal bangun,” papar Demiz.
“Ingat, bukan tidak ada uang. Uangnya sudah ada dialokasikan. Sudah diputuskan pemenangnya (lelang) siapa. Tapi begitu diteliti lagi dokumennya ada yang tidak lengkap, gugur. Mau lelang ulang ga bisa, karena waktunya ga cukup dengan Rp 12 Miliar tadi, ga terkejar. Mudah-mudahan tahun depan ada lagi anggarannya, Pak Camat. Makanya doa… doa! Kita upayakan,” pungkasnya. (hms/rls)