Home » Karawang » Gebang Karawang » Rois Syuriah NU Desak Pemkab Hapuskan “Bank Emok”

Rois Syuriah NU Desak Pemkab Hapuskan “Bank Emok”

Rois Syuriah NU Desak Pemkab Hapuskan “Bank Emok”

KARAWANG – Dianggap sudah meresahkan masyarakat, Rois Syuriah PCNU Karawang mendesak agar Pemkab Karawang segera menghapuskan “Bank Emok” ataupun praktek rentenir berkedok koperasi yang mulai marak beredar di Kota Pangkal Perjuangan.

Rois Syuriah PCNU Karawang, KH. Ade Fatahillah mengatakan, rentenir merupakan salah satu yang dilarang dalam agama islam karena alasan adanya unsur riba. Dijelaskannya, setiap individu manusia memang diwajibkan untuk berikhtiar dalam mencari kehidupan. Tetapi tentu saja, agama melarang setiap ikhtiar pencarian kehidupan dengan adanya unsur riba.

“Riba itu sangat berbahaya. Sementara tujuan negara kita adalah baldatun toyyibatun warobun’gofur. Sejahtera, makmur, tanpa ada musibah. Ketika suatu negara, provinsi, kabupaten masih ada musibah, salah satu faktornya adalah riba. Ketika masih ada riba, maka bisa dipastikan pasti ada musibah,” tuturnya, Sabtu (12/8).

Oleh karenanya, sambung KH. Ade Fatahillah, PCNU Karawang mendesak agar Pemda Karawang bersikap lebih jeli terhadap kondisi perekonomian masyarakat yang sudah mulai diresahkan oleh keberadaan bank emok atapun rentenir berkedok koperasi.

“Ketika ingin masyarakat sejahtera, ya salah satunya pemda harus bisa memberantas praktek riba yang masih marak di masyarakat. Karena riba itu ibarat lintah darat yang membahayakan manusia,” tutur kiyai yang merupakan pimpinan Pondok Pesantren Ar-Rahmah Kosambi Karawang ini.

Hal senada diungkapkan Wakil Rois Syuriah PCNU Karawang, KH. Nanang Juaeni. Beberapa fakta lapangan telah membuktikan jika keberadaan bank emok ini sudah meresahkan masyarakat.

Dari mulai pertikaian masalah rumah tangga sampai dengan banyaknya Ibu Rumah Tangga (IRT) Karawang yang menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) ke luar negeri, salah satu faktornya karena terlilit hutang oleh rentenir atau bank emok.

“Diakui ataupun tidak masyarakat sudah merasa resah dengan keberadaan bank emok. Terjadinya percekcokan antar suami istri, keluarga sampai harus pergi menjadi TKW, itu semua karena persoalan ekonomi, karena mereka terlilit utang dengan rentenir,” katanya.

“Bahkan yang lebih parah, ada fakta lapangan dimana seorang ustadz di Cilamaya yang sedang melakukan pengajian, tetapi sebagian jamaah pengajiannya kosong. Karena jamaah beralasan harus menghadiri kumpulan bank emok yang digelar seminggu sekali,” tutur KH. Nanang Juaeni, yang merupakan Pimpinan Ponpes Al-Huda Desa Cikuntul Kecamatan Temputran. (adk)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*