Gus Hasan : Jadi Pengurus NU itu Sangat Berat!
KARAWANG – Ketua PWNU Jawa Barat, KH. Hasan Nuri Hidayatullah menjelaskan, jika menjadi pengurus Nahdatul Ulama (NU) itu merupakan suatu pekerjaan yang berat. Karena seseorang yang menjadi pengurus NU harus menjaga nilai-nilai keulamaan.
Demikian disampaikan kiyai yang lebih akrab disapa Gus Hasan, saat kesempatan pembukaan Musyawarah Cabang I dan Pelantikan Pengurus Lembaga PCNU Karawang masa khidmat 2017-2022, di Pondok Pesantren Ar-Rohmah, Kosambi-Karawang, Minggu (7/8).
“Menjadi pengurus NU itu merupakan suatu hal yang berat. Karena dipundak kita ada nilai-nilai keagamaan yang harus dijaga. Ulama adalah sosok yang mulia. Karena ulama adalah pewaris para nabi. Dan makna nilai-nilai inilah yang harus kita jaga,” tutur Gus Hasan.
Disampaikan Gus Hasan, KH. Hasyim Asy’ari tidak dengan mudah mendirikan NU. Karena semuanya membutuhkan proses panjang dengan banyak pertimbangan dari para ulama terdahulu. Sehingga Gus Hasan mengaku ingin menyampaikan 3 hal yang perlu diperhatikan ketika seseorang ingin menjadi pengurus NU.
Pertama, sambung Gus, NU harus selalu menjadi organisasi yang “berbekal ilmu”. Sehingga ditegaskan Gus Hasan, kegiatan yang berhubungan dengan ilmu ini harus terus diprioritaskan. Karena “ilmu” sudah menjadi domain mengapa NU didirikan oleh para ulama.
“Kalau para ulama sudah tidak mau mengurus NU, lantas siapa lagi yang akan mengurusnya. Banyaknya kesesatan di masyarakat, khususnya yang berhubungan dengan tata cara beragama, ya karena memang tidak adanya ilmu. Makanya ini menjadi tugas NU. Dan karena alas an inilah mengapa sampai sekarang NU masih dibutuhkan masyarakat,” terang Gus Hasan.
Kedua, masih disampaikan Gus Hasan, NU juga harus mengurusi persoalan akhlaq. Dijelaskan Gus Hasan, Rasululllah SAW bukan hanya merupakan sosok figur yang tidak tertandingi dari segi ilmu. Melainkan juga dari sisi akhlaq.
“Sejarah juga mencatat tentang masuknya islam ke Indonesia. Perubahan agama dari non muslim menjadi muslim. Dari kaum minoritas menjadi mayoritas. Apakah sejarah masuknya islam ke Indonesia ini dilakukan dengan genjatan senjata? Tidak. Tetapi semuanya dilakukan melalui akhlaq,” paparnya.
Terakhir, kata Gus Hasan, organisasi besar seperti NU juga harus diurus dengan “kesungguhan”. Sehingga berat atau tidaknya dalam mengemban amanah sebagai pengurus NU, tergantung dari niat serta kesungguhan.
“Yang pasti organisasi ini masih dibutuhkan masyarakat. Semangat bagi yang sudah dilantik menjadi pengurus lembaga. Mudah-mudahan bisa berjuang dan bekerja yang baik untuk dakwah NU,” kata Gus Hasan.
Ketua PCNU Karawang, KH. Ahmad Ruhyat Hasby menambahkan, tema pelantikan lembaga dan Mukercab kali ini memiliki makna yang mendalam terkait isu kekinian yang sedang terjadi secara nasional maupun lokal.
Dengan tema kegiatan menyayangi mayoritas melindungi minoritas, sambung Kang Uyan, ia berharap PCNU Karawang akan selalu menjaga nilai-nilai pluralisme di atas semua perbedaan di tengah-tengah masyarakat.
“Mengapa di sini FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) juga hadir, karena NU akan selalu menjaga pluralisme. Selamanya NU akan menjadi organisasi pengaman di Indonesia dalam menyikapi beragam perbedaan suku, ras bahkan agama,” pungkas Kang Uyan. (adk)