Home » Nasional » Peringati Hari Lahir Pancasila, Para Siswa Diberi Pemahaman Sejarahnya

Peringati Hari Lahir Pancasila, Para Siswa Diberi Pemahaman Sejarahnya

PANCASILA – Pidato Presiden pertama Indonesia, Soekarno yang berjudul Pancasila dalam sidang Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan pada 1 Juni 1945 menjadi tonggak lahirnya dasar negara Indonesia yakni Pancasila.

Namun lepas dari sejarah dan kontroversi siapakah perumus pertama, serta sederet kontroversi lainnya, sampai sekarang lambang Garuda dengan lima silanya dipandang masih relevan dengan kemajemukan Indonesia.

Medio tahun 1960 an sampai 1990 an hampir semua masyarakat hapal 5 sila Pancasila. Namun sekarang, tak sedikit anak-anak maupun pelajar yang kurang hapal sila Pancasila.

“Murid saya ada sekitar 20 persen yang tidak hapal sila Pancasila. Ada yang hapal tetapi lompat-lompat,” kata Maryono, seorang guru kelas 4 SD Wonosari IV, Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta, Rabu (31/5/2017).

Pelajar SD IV Wonosari, Gunungkidul, belajar mengenai Sejarah Pancasila

Menurut dia, masifnya siaran televisi, internet, dan berbagai gawai ikut mengubah perilaku pelajar sehingga tidak memahami Pancasila. Untuk itu, setiap kali pelajaran dirinya mendorong anak didiknya belajar mengenai sejarah hingga lambang negara. Hal ini untuk meningkatkan jiwa nasionalisme.

“Seperti saat ini, 1 Juni diperingati hari lahirnya Pancasila, kami memutarkan film tentang sejarah Pancasila,” tuturnya.

Salah seorang murid, Anggraini Puspita Ningrum (9) mengaku sudah hapal sila Pancasila sejak duduk di bangku kelas 1 SD. Ketika diajak untuk menghapal pun dia fasih, tak ada kendala. “Dulu diajari bu guru saat kelas satu,” ucap dia.

Gambar Garuda Pancasila

Pada masa orde lama dan orde baru, hampir setiap rumah terpasang gambar Garuda Pancasila, lengkap dengan foto presiden dan wakil presiden di kiri kanannya.  Tetapi, saat ini sudah jarang yang memasang lambang negara tersebut.

“Di desa saya mungkin sudah tidak banyak yang memasang Gambar Garuda Pancasila, dan foto presiden serta wakil presiden,” kata Gunawan, warga Kecamatan Patuk.

Menurut dia, tidak ada kewajiban memasang lambang negara ini menjadi penyebab tidak banyak warga memasang gambar Garuda Pancasila. “Sudah lama tidak memasang, jadi ya jadi kebiasaan,”ucapnya.

Hal itu juga dibenarkan Ketua DPRD Gunungkidul Suharno. Saat dirinya melakukan kunjungan ke rumah warga jarang melihat warga yang memasang Pancasila. “Jika dari 100 rumah, yang memasang gambar Pancasila serta foto presiden dan wakil presiden hanya ada 7 rumah,” kata dia.

Kondisi tersebut menurut dia, sudah sejak era Reformasi bergulir. Namun dia menampik jika kondisi ini karena lunturnya semangat nasionalisme, tetapi masyarakat menganggap sepele.

Menurut dia, tidak hanya memasang dan menghafal, masyarakat juga harus memahami, serta mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila di kehidupan sehari-hari. Harapannya, potensi perpecahan tidak terjadi di Indonesia karena perbedaan.

“Saya yakin setelah 1 Juni 2017 ini pasti kembali, rakyat akan bangga dengan Garuda dan Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa,” ujar dia.

Dirinya juga menyoroti tentang masih adanya sekolah yang tidak memperbolehkan hormat kepada bendera dan menyanyi lagu kebangsaan. “Seharusnya sejak usia dini diajarkan mengenai nasionalisme dan paham kebangsaan mengenai kemajemukan,” tandasnya.

Sementara salah seorang warga Kecamatan Playen, Nugroho, mengaku tidak hanya memasang gambar pancasila, tetapi dia juga memajang pahatan kayu Garuda Pancasila yang dibelinya dari wilayah Jepara, Jawa Tengah.

“Saya sengaja memasang pahatan Garuda di rumah untuk mengingatkan diri sendiri dan keluarga tentang pentingnya Pancasila dalam kehidupan berbangsa,” katanya. (dbs)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*