CHONGQING – Sederetan kerja sama Sister Province yang dijalin Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan provinsi di Negara lain termasuk empat Mou Sister Province di Tiongkok kali ini berpotensi mendongkrak jumlah investasi asing di Jawa Barat.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Jawa Barat Dadang Mohamad Ma’soem mengatakan, meski saat ini nilai investasi dari keempat provinsi tersebut belum bisa ditaksir, namun peluang para pengusaha asal Tiongkok ke Jabar itu cukup terbuka. Terlebih saat ini, nilai investasi Tiongkok di Jabar Rp 6,4 triliun atau 465 juta dollar selama tahun 2016.
“Itu termasuk Hongkong. Jika dijumlahkan, jumlah penanaman modal asing dari Tiongkok itu berada pada urutan ketiga teratas setelah Jepang dan Singapura di Jabar,” kata Dadang di Chongqing, Tiongkok, Senin (8/5/2017).
Menurut dia, dengan adanya pemodal asing dari Tiongkok yang sudah ada di Jabar kali ini, hal itu merupakan bagian dari promosi kepada calon-calon investor yang ada di empat provinsi di Tiongkok tersebut. Pasalnya, sudah banyak investor asal Tiongkok yang percaya menanamkan modal mereka di Jabar.
Lebih jauh, Dadang mengatakan, Jabar selalu menjadi nomor satu dalam kumulatif penamaman modal dalam negeri ditambang penanaman modal asing. Dalam realiasasi investasi Jabar pada periode triwulan I (Januari hingga Maret) Jabar sudah mencapai 17,7 persen (Rp 29,3 triliun) di atas DKI Jakarta yang hanya 11,6 persen (Rp 24,2 triliun), dan Jawa Timur yang hanya 7,6 persen (Rp 12,6 triliun).
“Dengan prosentase tersebut Jabar telah mencapai 28,17 persen dari target yang telah ditetapkan pemerintah pusat 2017 sebesar Rp 104 triliun),” kata dia.
Selain itu, pada penamaman modal asing (PMA) Jabar pun menjadi nomor satu. Disusul DKI dan Papua pada urutan ketiga. Pada triwulan pertama PMA sudah mencapai 1,5 miliar US Dollar, sementara DKI Jakarta hanya 0,9 miliar US Dollar, dan Papua 0,6 miliar dollar US. “Kebanyakan investasi dalam manufaktur dan industri logam,” kata dia.
Dadang menambahkan, banyaknya negara asing yang percaya menanamkan modal ke Jabar dikarenakan Jabar sangat kondusif dengan keamanan dan kenyamanannya. “Kita harus jaga itu dan kami pun senantiasa melakukan inovasi. Di antaranya pengurusan izin selama tiga jam yang sudah berjalan. Dan itu juga bagian dari promosi kami agar investor tertarik menanamkan modal di Jabar,” ujar dia.
Kerjasama dengan Sichuan
Selain isu transportasi dan perdagangan, fokus kerja sama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Sichuan cukup menarik. Pemprov rupanya membidik kerja sama dalam bidang pariwisata dan pertanian. Seperti diketahui Sichuan merupakan satu-satunya tempat penangkaran panda di Tiongkok. Peluang Jabar untuk mendapatkan panda untuk melengkapi daya tarik wisata ke Jabar cukup terbuka melalui kerja sama tersebut.
”Kerja sama dengan Sichuan itu bobot terbesarnya adalah pariwisata dan pertanian. Semua bidang ada, tapi kita berikan prioritas pada sektor itu. Di sana dikembangkan pariwisata dan mereka punya kekhasan yaitu ikon panda. Panda spesifik Tiongkok,” ujar Kepala Biro Pemerintahan dan Kerja Sama Pemprov Jabar Taufik Budi Santoso di Chongqing.
Diakui Taufik, dulu Jabar pernah mau ditransfer panda Ke taman safari. “Tapi kenapa belum terwujud (saya juga tidak tahu). Mudah-mudahan dengan kerja sama ini peluang itu bisa ada. Bagaimana pariwisata Sichuan itu dikenal oleh Jabar begitupula dengan Jabar dikenal Sichuan yang tidak punya gurilaps seperti pegunungan, hot spring yang hanya ada di jabar,” ujar dia.
Selain itu, kata dia, pertanian pun di kerjasamakan karena hampir sama di Tiongkok pun unggulannya ketahanan pangan. Disamping kedua bidang tersebut, kata dia, Sichuan pun saat ini sedang mengembangkan bandara yang nantinya akan menjadi bandara terbesar kedua di Tiongkok.
“BIJBb sudah terkoneksi dengan pengelola airport di Sichuan, tidak hanya direct flight Sichuan rangkul BIJB untuk menjadi pengelola bandara internasional dalam forum itu. Karena untuk menjadi bagian forum tersebut tidak sembarangan. Hal itu sudah terjadi, tinggal operasionalkan,” ucap dia.
Menurut dia, BIJB dengan pengelola airport ini bisa bekorelasi yang tidak hanya koneksikan bandara dan kembangkan airport tapi BIJB bisa menjadi pengelola internasional. (hms/rls)