Home » Bandung » Netty Upgrade P2TP2A Jabar Jadi Pro Korban

Netty Upgrade P2TP2A Jabar Jadi Pro Korban

BANDUNG  – Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Jawa Barat Netty Heryawan berencana untuk mengefektifkan kinerja para pendamping dan relawan pelayanan P2TP2A menjadi berpihak pada korban, sehingga mampu memberikan penanganan dan bantuan yang lebih tepat guna pada korban kekerasan. Untuk memaksimalkan langkah tersebut, Netty menggandeng serta Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Jawa Barat.
“Jika dilihat selama ini kinerja P2TP2A Jabar sebenarnya sudah on the track, hanya saja pemahaman para pendampingnya belum maksimal,” ungkap Netty pada rapat kerja P2TP2A Jabar yang bertema “Pelayanan dan Penanganan Kekerasan Berpespektif Keberpihakan pada Korban” di Villa Lemon, Jl. Holtikultura No. 18 Lembang Kab. Bandung Barat, Jum’at (17/03/2017), bersama Kepala DP3AKB Jabar Dewi Sartika serta mantan ketua BP3AKB Jabar periode sebelumnya Nenny Kencanawati.
Agar dapat berperspektif pada penanganan korban, Netty ingin ada kesamaan pandangan tentang pengertian korban kekerasan, baik menurut UU PKDRT No 23 Tahun 2004 yang menyebutkan bahwa korban adalah orang yang mengalami kekerasan dan/atau ancaman kekerasan dalam lingkup rumah tangga, maupun menurut UU No 27 Tahun 2008 Tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi yang menyebutkan​ korban adalah perseorangan atau kelompok orang yang mengalami kekerasan fisik dan psikis.
“Prinsip yang harus dipahami adalah korban yang datang tidak harus selalu dalam keadaan terluka (luka luar),” tegas Netty.
Netty juga memaparkan, tiap-tiap​ korban punya tipe berdasarkan keterlibatannya dalam kekerasan, yaitu nonparticipating victims (korban yang tidak peduli terhadap upaya penanganan kejahatan), latent victims​ (orang yang memiliki sifat yang cenderung membuat dirinya menjadi korban), proactive victims (orang yang menimbulkan rangsangan terjadinya kejahatan), participating victims (orang yang perilakunya memudahkan dirinya menjadi korban), dan false victims (mereka yang menjadi korban karena perbuatan yang dibuatnya sendiri).
Ada pula tipe korban berdasarkan tanggung jawabnya, yaitu unrelated victims (korban tidak ada hubungan sama sekali dengan pelaku), provocative victims (orang yang secara aktif mendorong dirinya menjadi korban, misalnya perselingkuhan), participating victims (orang yang tidak berbuat kejahatan, tapi sikapnya mendorong dirinya menjadi korban), biologically weak victims (orang yang memiliki kelemahan fisik yang menyebabkan dirinya menjadi korban, seperti tunanetra, tunarungu, dan sebagainya), socially weak victims (orang yang mempunyai kedudukan sosial yang rendah), serta self victimizing victims (mereka yang menjadi korban karena perilaku yang dilakukannya sendiri, seperti narkoba, aborsi, dan prostitusi).
“Karena itu, untuk bisa memberikan pelayanan pada korban secara optimal, jangan lihat dari kronologis dan tipenya. Korban tetaplah korban, semua harus ditangani,” papar Netty.
Netty ingin seluruh pendamping, relawan dan pekerja sosial di  P2TP2A Jabar memiliki kualifikasi all in one, yang mencakup karakter yakni moralitas beriman, jujur, berintegritas, berempati, welas asih, dan santun serta kinerja yang profesional, gigih, inisiatif, beradaptasi dan berjiwa pemimpin. Selain itu mereka juga harus memiliki kompetensi yang kreatif, kritis, komunikatif, dan kolaboratif, serta memiliki kemampuan literasi baik literasi budaya, teknologi, keuangan, ataupun kemampuan literasi media yang mumpuni. (hms/rls)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*