SUKABUMI – Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar, bersilaturahim dengan warga Kampung Adat Kasepuhan Ciptagelar, Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Di Kampung Adat tersebut, Deddy Mizwar berdiskusi dengan tokoh masyarakat Ciptagelar, Abah Ugi, Rabu (08/02/2017) malam.
Pada pertemuan tersebut Deddy Mizwar membahas beberapa hal, diantaranya terkait rencana Tim Fact Finding Mission dari Unesco yang dijadwalkan akan datang ke Kabupaten Sukabumi untuk mengevaluasi dan memverifikasi kesiapan Geopark Ciletuh -Pelabuhanratu, sebelum diputuskan masuk ke dalam jaringan Geopark Dunia atau Unesco Global Geopark pada akhir 2017.
Adapun keputusan lolos atau tidaknya, akan diumumkan pada Desember 2017 mendatang. Maka Deddy berkomunikasi kepada sesepuh kampung adat tersebut terkait rencana kegiatan itu. “Ciptagelar ini juga menyuguhkan kearifan lokal, yang kita harus pertahankan, dan ini juga berpotensi sebagai wisata budaya,” kata Deddy Mizwar.
“Mohon ijin Abah, dan masyarakat Ciptagelar, mudah- mudahan bisa bekerja sama membangun Geopark Ciletuh -Pelabuhan Ratu,” imbuhnya.
Artinya, Ciptagelar menjadi satu dari tiga hal penting yang akan menjadi evaluasi tim penilai dari UNESCO, yakni sebagai unsur ‘cultural diversity’, atau keragaman budaya. Selain itu, tentunya dua hal lain yakni keragaman geologi, ‘geodiversity’, serta keragaman hayati, atau ‘biodiversity’.
Sementara saat ini, Geopark Nasional Ciletuh sendiri, menjadi satu-satunya geopark di Indonesia yang diusulkan untuk masuk ke dalam Unesco Global Geopark (UGG) atau jaringan geopark dunia, setelah Geopark Rinjani gagal di tahap seleksi.
Keunikan budaya Ciptagelar sendiri yakni dari masyarakatnya yang memegang teguh adat istiadat, dan kebudayaan, namun mereka tak tertinggal dengan perkembangan teknologi saat ini. Abah Ugi sang sesepuh adat, dengan bekal pengetahuannya di bidang elektro, mampu membangun peradaban Kasepuhan Ciptagelar yang ‘tak ketinggalan jaman’ tanpa meninggalkan adat leluhurnya.
Dengan pembuktian adanya empat turbin PLTA hasil konsep Abah Ugi, yang berhasil menerangi rumah-rumah di Ciptagelar. Selain itu dibawah kepemimpinan Abah, sudah ada Studio Radio dan Stasiun Televisi yang bernama CIGA TV. Tak sampai disitu, Abah pun tengah fokus melakukan pemetaan wilayah Ciptagelar menggunakan Drone dengan membuat, merakit dan menerbangkannya sendiri.
Bicara kearifan lokal, tak lepas pula dari kelestarian lingkungan. Terkait hal ini, Abah menuturkan bahwa dalam menjaga keseimbangan alam terdapat tiga pembagian wilayah hutan, yakni hutan Titipan, hutan tutupan, dan hutan garapan.
“Hutan titipan tidak boleh diganggu gugat oleh manusia. Hutan titipan biasanya ada di daerah atas atau puncak gunung. Hutan tutupan adalah kawasan hutan cadangan yang pada saat tertentu dapat digunakan jika diperlukan. Hutan garapan, hutan yang dibuka menjadi lahan garapan masyarakat untuk jadi sawah atau kebun,” jelas Abah.
Hidup berdampingan dengan alam, menjauhkan Ciptagelar dari berbagai bencana, seperti banjir, longsor, dan kekeringan. (hms/rls)