CIREBON – Konfercab PCNU Kabupaten Cirebon yang akan digelar pada Februari 2017 mendatang. Satu demi satu calon kandidat bermunculan salah satunya ialah putra Kyai Syaerozi Pondok Pesantren Assalafie Babakan Ciwaringin, Aziz Hakim Syaerozi akan ikut ambil posisi pada Konfercab PCNU.
Sosok Aziz Hakim Syaerozi tidak hanya bermodalkan niat, santrinya Mbah Sahal ini juga memiliki berbagai program unggulan dan diyakini menjadi terobosan untuk NU Kabupaten Cirebon kedepan. Diantaranya program yang ia miliki adalah kemandirian ekonomi organisasi dan kader NU, pendidikan, kesehatan dan konsep jelas konsolidasi. Sebagai seorang santri yang juga orang yang berpengalaman didunia usaha ini melihat NU hingga saat ini belum mampu keluar dari persoalan kemandirian. Sehingga banyak cabang termasuk PCNU Kabupaten Cirebon kesulitan untuk membuat kegiatan besar dan intens. Oleh karenanya sangat dibutuhkan adanya kemandirian ekonomi baik secara organisasi maupun untuk warganya. “Kendalanya kan kalau kita mau buat kegiatan tidak ada biaya, maka ini mutlak dibutuhkan,” katanya, Jum’at (6/1/2017).
Dikatakannya, banyak peluang yang dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan kemandirian ekonomi. Sebagai seorang pengusaha dibidang pertambangan, Aziz paham betul dalam menangani sebuah perusahaan. Artinya menejemen di dalam perusahaan juga beda tipis dengan menejemen organisasi, tinggal bagaimana menyiapkan Sumber Daya Manusiasnya (SDM). “Tidak usah jauh-jauh kita ambil contoh, NU punya gedung serba guna. Kalau menurut kacamata saya gedung itu tinggal dipoles sedikit lagi, kemudian kita buatkan event organizer (EO) itu bisa mendatangkan manfaat. Selain itu banyak lagi, tapi muncul pertanyaan untuk kearah sana membutuhkan SDM yang mumpuni, bisa saja kita pakai tenaga professional untuk menjalankan usahanya tidak harus kyai,” ungkapnya.
Lebih jauh disampaikan Aziz, ia akan konsen terhadap program tersebut tanpa mengesampingkan program yang sudah existing. Selanjutnya yakni program kesehatan, ia melihat NU sudah saatnya memiliki rumah sakit sendiri, jika tidak minimalnya memiliki klinik sebab rumah sakit biasanya berawal dari klinik terlebih dahulu. “Muhamadiyah saja punya masa kita tidak bisa, persoalan SDM banyak orang-orang NU yang menjadi dokter juga. Biayanya juga tidak terlalu besar, kalau ada lahan bangun RS itu bisa dengan biaya Rp10 miliar untuk awal,” jelasnya.
Wakil bendahara lembaga pemberdayaan pertanian di PBNU ini melanjutkan, di bidang pendidikan ia juga memiliki konsep untuk meng-NU kan sekolah-sekolah swasta ataupun negeri. “Saya tidak akan membangun sekolah NU, tapi saya akan meng-NU kan sekolah-sekolah. Saya juga akan komunikasi bagaimana ideologisasi NU masuk ke sekolah-sekolah,” kata Aziz.
Diakhir, membangun NU di Cirebon harus diawali dari pondok pesantren di pinggiran (belum tersentuh,red). Banyak pesantren di daerah pinggiran yang tidak pernah tersentuh, sementara NU adalah basisnya pesantren. Oleh karenanya jika ia diamanati, kedepan kegiatan-kegiatan NU harus back to pesantren. “Tapi pesantrennya jangan di Babakan karena sudah besar, jadi di pesantren-pesantren kecil saja, ini gagasan saya untuk mengkolaborasikan NU dan pesantren,” tutupnya. (gfr)