CIREBON – Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar menggelar bimbingan teknis (Bimtek) Pengkajian Kebutuhan Pasca Bencana (Jitu Pasna) tahun 2016 di Hotel Zamrud, Jalan Wahidin, Kota Cirebon, pekan lalu. Dinas yang concern menangani bidang kebencanaan itu sudah menggelar roadshow serupa di Kota/Kabupaten lainnya sejak bulan Agustus sampai November 2016 mendatang.
Agenda tersebut digelar dengan maksud dan tujuan untuk memberikan pemahaman yang sama dalam mengkaji kebutuhan pemulihan pasca bencana pada semua aspek yang terdampak baik fisik, lingkungan, maupun kemanusiaan. Tujuan lainnya yakni untuk memberikan pengetahuan bagaimana cara mengkaji kebutuhan pascabencana dan penyusunan renaksi rehabilitasi dan rekontruksi pascabencana secara cepat, tepat dan terpadu.
“Secara global, tujuan bimtek ini untuk mendapatkan data yang akurat akibat, dampak, dan kebutuhan sesuai dengan pedoman dan kriteria yang ada. Menunjang perencanaan rehabilitasi rekonstruksi atau pemulihan pasca bencana, mempercepat proses pemulihan bencana, dan meminimalisir masalah yang timbul pada proses pemulihan pasca bencana,” ujar Mohamad Iskandar, Msi sekalu Kasi Rehabilitasi BPBD Jabar saat diwawancarai Jabar Publisher di sela-sela bimtek.
Sementara itu, Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Jabar Rosmananda SKM, STP menambahkan, Penyelenggaraan Rehabilitasi dan Rekonstruksi merupakan upaya yang harus dilakukan dalam rangka penanggulangan bencana pada tahap pascabencana, yang dalam pelaksanaannya harus selaras dengan rencana pembangunan di tingkat daerah. “Belajar dari bencana banjir Garut, longsor Sumedang, dan yang terbaru Banjir di Bandung, adalah mutlak harus melibatkan ahli dalam pasca pencana untuk menghitung semua aspek tadi. Nah bimtek ini adalah salah satu yang mengcover hal semacam itu. Bahkan rekonstruksi pasca bencana ke depan tidak boleh asal jadi, tetapi harus lebih kuat dan lebih aman,” tandas Kabid yang akrab disapa Pak Oca ini.
Lebih lanjut Ia menuturkan, pengkajian jitu pasna adalah suatu rangkaian kegiatan pengkajian dan penilaian akibat, analisis dampak dan perkiraan kebutuhan yang menjadi dasar bagi penyusunan Renaksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi. Pengkajian dan penilaian meliputi identifikasi dan perhitungan kerusakan dan kerugian fisik dan non fisik yang menyangkut aspek pembangunan manusia, perumahan atau pemukiman, infrastruktur, ekonomi, sosial dan lintas sektor. Analisis dampak melibatkan tinjauan keterkaitan dan nilai agregat dari akibat akibat bencana dan impilkasi umumnya terhadap aspek-aspek fisik dan lingkungan, perekonomian, psikososial, budaya, politik dan tata pemerintahan.
“Guna mendukung terwujudnya penyusunan Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana yang baik, maka diperlukan sumber daya manusia yang mampu melaksanakan pengkajian kebutuhan pascabencana secara cepat, tepat dan terpadu. Makanya kita libatkan semua sektor terkait di sini,” ulasnya. Di akhir wawancara Ia juga menekankan pentingnya semua pihak untuk merubah mindset tentang bencana. Di mana langkah prefentif hingga pascabencana ini tentang bencana ini harus digalakkan dan difahami secara utuh. “Jadi bukan berarti merencanakan bencana, tidak seperti itu maknanya. Tapi ketika semua pihak sudah faham dan terlatih dengan mindset ini, dampak bencana dapat diminimalisir. Begitu pula penanganan pascabencananya, dengan perencanaan yang tepat dan SDM yang mumpuni, akan menjadi lebih terakomodir dengan baik,” pungkas Rosmananda. (jay)