CIREBON -Besok, rencananya warga akan kembali menggelar aksi unjuk rasa memprotes proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cirebon.
Namun, Ada upaya pengendapan berita yang dilakukan pihak proyek PLTU Cirebon. Itu dilakukan agar aksi unjuk rasa warga yang akan digelar pada Sabtu (6/8/2016) besok, tak diekspose media. Sore tadi, Jumat (5/8/2016), humas PLTU Cirebon mengumpulkan para wartawan yang bertugas di Cirebon Timur dan meminta mereka untuk tidak mengekspose aksi unjuk rasa warga tersebut.
“Yah, tadi pihak humas PLTU Cirebon mengundang para wartawan di Cirebon Timur di suatu tempat. Dalam pertemuan itu, pihak PLTU Cirebon meminta agar para wartawan tidak mengekspose kegiatan demo besok,” ujar sumber jabarpublisher.com, di lingkungan PLTU Cirebon.
Dikatakan dia, alasan pihak PLTU Cirebon meminta pengendapan berita demo itu lantaran takut kena teguran dari pemerintah pusat. “Yah, bilangnya sih takut kena teguran dari pusat. Pasalnya, yang demo bentrok kemarin juga kena tegur,” lanjut sumber.
Seperti yang terjadi pada Senin (1/8/2016), sekelompok warga ngedemo proyek PLTU Cirebon terkait pencemaran lingkungan hidup. Kali ini, warga yang demo mengatasnamakan Solidaritas Pemuda Kanci (SPK) Kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Senin (1/8/2016).
Aksi yang berlangsung sejak pukul 10.00 WIB hingga 12.30 WIB di depan pintu masuk PLTU I itu berakhir bentrok. Aksi sendiri dilakukan sebagai bentuk protes masyarakat sekitar tentang pencemaran lingkungan yang dihasilkan oleh bahan bakar batu bara yang digunakan oleh pihak PLTU. SPK juga menuntut agar PLTU ditutup.
SPK juga melakukan unjuk rasa dengan long march di jalur Pantura dan sempat memblokir jalur Pantura. Sehingga hal itu mengganggu lalulintas tersendat sementara.
Saat SPK hendak membakar ban dan menutup jalur Pantura, pihak keamanan langsung merampas ban tersebut dan terjadi kejar-kejaran antar pendemo dan pihak polisi. Namun hal itu tidak berlangsung lama.
Akhirnya pendemo melanjutkan aksi di depan pintu gerbang PLTU, hingga terjadi aksi dorong mendongrong dengan Polisi. “Kami butuh udara bersih. Cirebon itu kota udang, bukan kota batu bara,” tegas Habib Rohman, Koordinator Aksi.
Humas PLTU, Hafid, saat dikonfirmasi soal aksi menyatakan bahwa, pihaknya sebenarnya sudah memberikan ruang khusus untuk masyarakat untuk berdialog dengan duduk bersama. “Dalam aksi ini, mereka menuntut dan mempertanyakan mengenai pemakaian bahan bakar di PLTU yang sumbernya menggunakan bahan bakar batubara,” kata Hafid saat dikonfirmasi media seusai aksi. (red)