BANDUNG – Polisi hingga saat ini masih belum bisa menangkap pelaku pengeroyokan dan penusukan terhadap seorang anggota Kopassus TNI AD. Ironisnya, di media sosial makin marak postingan foto anggota geng motor di Bandung pelaku penusukan yang menewaskan anggota Kopassus tersebut. Tak hanya itu, foto geng motor pelaku penusukan juga marak di broadcast BBM.
“Larilah yang jauh sejauh-jauhnya..sembunyilah selama kalian bisa sembunyi…jangan kembali ke jalanan dulu…buang semua atribut genk mu…tapi ingat…satu satu kalian akan hilang di jalanan…kami memburu kalian…hidup atau mati!!!!” demikian caption di postingan foto geng motor yang disebut pelaku penusukan terhadap Pratu Galang, anggota Kopassus TNI AD, di salah satu akun Facebook.
Tak hanya di medsos, postingan serupa juga marak di broadcast BBM. Seperti yang diungkapkan Don, seorang warga Kota Bandung. Kata dia, dirinya menerima broadcast terkait hal serupa. Namun dirinya yakin kalau apa yang ada dalam broadcast itu hanyalah hoax.
“Sejauh ini kan polisi belum berhasil menangkap para pelaku. Ya saya pikir itu hoax,” katanya, kepada jabarpublisher.com, Minggu (12/6/2016).
Sebelumnya, juga muncul postingan serupa, foto seorang pria dalam kondisi babak belur, tangan diikat rantai, di medsos. Dalam caption postingan foto itu disebut, pria tersebut merupakan anggota gerombolan bermotor, salah satu pelaku pembunuhan Pratu Galang, yang sudah tertangkap.
“Habis dipopor senjata sampai bonyok. Rasakan,” tulis informasi di sosial media.
Menanggapi foto itu, Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Yusri Yunus menegaskan informasi itu hoax atau tidak benar. “Tidak benar. Itu pelaku kasus lain,” tegas Yusri saat dikonfirmasi, Jumat (10/6/2016).
Dikatakan dia, orang dalam foto itu bukanlah pelaku pembunuhan Pratu Galang. Melainkan pelaku pengeroyokan dan pembacokan di Jalan Buah Batu. Korbannya bernama Andre. “Pria di foto itu berinisial C, merupakan pelaku pengeroyokan dan pembacokan di Jalan Buah Batu. bukan pelaku pengeroyokan Pratu Galang. Hingga saat ini kami masih mengejar pelaku pembunuh tersebut,” katanya.
Terkait kasus tersebut, banyak pihak menginginkan agar pelaku segera ditangkap. Bahkan tak sedikit yang menginginkan pemberantasan secara menyeluruh terhadap keberadaan geng motor.
Menteri Pertahanan Jenderal (Purn) Ryamizard Ryacudu, berang. Menhan langsung meminta seluruh geng motor ditumpas habis. “Geng-geng dihabisi saja semuanya karena itu meresahkan. Harus ditangkap semua itu,” tegas Ryamizard di Jakarta.
Kata dia, aksi-aksi serupa harusnya diberantas habis sampai ke akar-akarnya. Hal itu, lantaran, geng-geng tersebut sangat meresahkan masyarakat. Pihak TNI mengaku menyerahkan kasus ini ke pihak kepolisian.
Wagub Jabar Deddy Mizwar melihat peristiwa penusukan terhadap Pratu Galang, merupakan peristiwa luar biasa. Ulah berandalan bermotor saat ini, sudah semakin nekat hingga prajurit saja berani diserang.
“Ini luar biasa. Ini seorang anggota kopassus saja digitukan, gimana kita?” kata Deddy Mizwar.
Sementara itu, Psikolog Forensik Reza Indragiri menilai tewasnya rekan sejawat bisa memicu pembalasan dendam dari anggota TNI. Kondisi itu bisa terjadi karena setiap tentara terjangkit anxiety stress disorder.
“Itu yang bisa dialami oleh tentara yang sejawatnya tewas, apalagi akibat kecelakaan maupun sebagai korban,” jelas Reza saat dihubungi merdeka.com, Jumat (10/6).
Dia memastikan, tindakan kekerasan terhadap pelaku pembunuhan Pratu Galang bisa saja terjadi. Jika tidak menemukan pelakunya, bisa jadi anggota geng motor yang sama dengan pelaku namun tak terkait dengan kejadian itu bisa menjadi sasaran amukan tentara.
“Tindakan kekerasan ke pihak yang dianggap telah menganiaya sejawat. Jika (pelaku) tidak bisa dijangkau, bisa pula menyasar orang-orang lain sebagai substitusi (pengganti),” paparnya.
Penyakit tersebut, lanjut Reza, sering terjadi di kalangan militer dan sangat serius. Rekan sejawatnya bisa saja melakukan tindakan yang melawan hukum. “Bahwa ada tentara yang bertindak di luar ketentuan, tetap salah. Tapi ada sisi insani mereka yang boleh jadi jauh lebih kompleks dari pada yang diduga, dan itu perlu dijadikan sebagai bahan cermatan. Termasuk dalam ranah hukum,” ujar dosen Psikologi Forensik di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) ini.
Meski demikian, dia menganjurkan agar seluruh prajurit menyerahkan sepenuhnya kepada proses hukum di tanah air. “Penanganan dari jalur psikologis adalah pembinaan kesehatan psikis personel secara berkesinambungan, plus terus menerus menempa personel sebagai manusia yang taat hukum.”
Polisi sendiri sudah membentuk Tim Khusus untuk memburu para penjahat ini. Mereka juga mengaku aksi keji geng motor ini tertangkap kamera CCTV. “Harapan kami bahwa pelaku ini bisa menyerahkan diri, dan mengikuti proses hukum yang berlaku,” kata Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Yusri Yunus di Mapolda Jabar, Kota Bandung.
Yusri menyatakan, tim khusus gabungan dari Polda Jabar dan Polrestabes Bandung sudah dibentuk untuk memburu para pelaku yang terekam di salah satu CCTV ini. “Dari tujuh titik CCTV. Satu yang tertangkap gambar. Saat dibuka memang ada 20 motor. Kejadiannya jam dua malam,” ungkapnya.
Selain barang bukti, polisi juga sudah memeriksa tiga saksi untuk mengungkap insiden berdarah tersebut. “Tiga saksi sudah dilakukan pemeriksaan,” ujarnya.
Peristiwa berdarah yang menimpa Pratu Galang, seorang prajurit Kopassus TNI AD terjadi pada Minggu (5/6/2016) dini hari. Saat itu, Galang baru saja bertemu temannya di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung. Pukul 01.30 WIB, di sekitaran Jalan Rajawali, dia dihentikan sejumlah orang. Jumlahnya 20 motor.
Tanpa ampun, Galang langsung dikeroyok dan mendapatkan tikaman dari gerombolan motor tersebut. Setelah puas, gerombolan itu meninggalkan Pratu Galang yang berlumuran darah. Pratu Galang sempat dibawa ke rumah sakit, namun nyawanya tak tertolong.
Aksi keji ini mengundang kemarahan dari sejumlah pihak. Bukan sekali dua kali gerombolan motor yang disebut geng motor ini bikin kejahatan di kota Bandung. Mereka menebar teror saat malam hari. Warga Bandung sudah muak dengan kelakuan mereka. (bay)