JAKARTA – Geng motor di Bandung kembali berulah. Seorang anggota Kopassus TNI AD tewas setelah dikeroyok dan ditusuk, Minggu (5/6/2016) dini hari. Namun hingga kini, polisi belum berhasil membekuk para pelakunya. Dan ini, membuat Menteri Pertahanan Jenderal (Purn) Ryamizard Ryacudu, berang. Menhan langsung meminta seluruh geng motor ditumpas habis.
“Geng-geng dihabisi saja semuanya karena itu meresahkan. Harus ditangkap semua itu,” tegas Ryamizard di Jakarta.
Kata dia, aksi-aksi serupa harusnya diberantas habis sampai ke akar-akarnya. Hal itu, lantaran, geng-geng tersebut sangat meresahkan masyarakat.
Pihak TNI mengaku menyerahkan kasus ini ke pihak kepolisian. Polisi sudah membentuk Tim Khusus untuk memburu para penjahat ini. Mereka juga mengaku aksi keji geng motor ini tertangkap kamera CCTV.
“Harapan kami bahwa pelaku ini bisa menyerahkan diri, dan mengikuti proses hukum yang berlaku,” kata Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Yusri Yunus di Mapolda Jabar, Kota Bandung.
Yusri menyatakan, tim khusus gabungan dari Polda Jabar dan Polrestabes Bandung sudah dibentuk untuk memburu para pelaku yang terekam di salah satu CCTV ini.
“Dari tujuh titik CCTV. Satu yang tertangkap gambar. Saat dibuka memang ada 20 motor. Kejadiannya jam dua malam,” ungkapnya.
Selain barang bukti, polisi juga sudah memeriksa tiga saksi untuk mengungkap insiden berdarah tersebut. “Tiga saksi sudah dilakukan pemeriksaan,” ujarnya.
Anggota geng motor yang menganiaya dan membunuh Pratu Galang belum juga tertangkap. Polisi sampai mengimbau agar para pelaku segera menyerahkan diri, namun imbauan itu belum juga dipenuhi.
Polisi diminta segera menangkap mereka dan memprosesnya sesuai aturan hukum. Jangan sampai ada Kasus Cebongan Jilid II. Saat itu prajurit Kopassus bergerak di luar perintah untuk menghabisi preman yang membunuh teman mereka.
Psikolog Forensik Reza Indragiri menilai tewasnya rekan sejawat bisa memicu pembalasan dendam dari anggota TNI. Kondisi itu bisa terjadi karena setiap tentara terjangkit anxiety stress disorder.
“Itu yang bisa dialami oleh tentara yang sejawatnya tewas, apalagi akibat kecelakaan maupun sebagai korban,” jelas Reza saat dihubungi merdeka.com, Jumat (10/6).
Dia memastikan, tindakan kekerasan terhadap pelaku pembunuhan Pratu Galang bisa saja terjadi. Jika tidak menemukan pelakunya, bisa jadi anggota geng motor yang sama dengan pelaku namun tak terkait dengan kejadian itu bisa menjadi sasaran amukan tentara.
“Tindakan kekerasan ke pihak yang dianggap telah menganiaya sejawat. Jika (pelaku) tidak bisa dijangkau, bisa pula menyasar orang-orang lain sebagai substitusi (pengganti),” paparnya.
Penyakit tersebut, lanjut Reza, sering terjadi di kalangan militer dan sangat serius. Rekan sejawatnya bisa saja melakukan tindakan yang melawan hukum.
“Bahwa ada tentara yang bertindak di luar ketentuan, tetap salah. Tapi ada sisi insani mereka yang boleh jadi jauh lebih kompleks dari pada yang diduga, dan itu perlu dijadikan sebagai bahan cermatan. Termasuk dalam ranah hukum,” ujar dosen Psikologi Forensik di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) ini.
Meski demikian, dia menganjurkan agar seluruh prajurit menyerahkan sepenuhnya kepada proses hukum di tanah air.
“Penanganan dari jalur psikologis adalah pembinaan kesehatan psikis personel secara berkesinambungan, plus terus menerus menempa personel sebagai manusia yang taat hukum.”
Peristiwa berdarah yang menimpa Pratu Galang, seorang prajurit Kopassus TNI AD terjadi pada Minggu (5/6/2016) dini hari. Saat itu, Galang baru saja bertemu temannya di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung. Pukul 01.30 WIB, di sekitaran Jalan Rajawali, dia dihentikan sejumlah orang. Jumlahnya 20 motor.
Tanpa ampun, Galang langsung dikeroyok dan mendapatkan tikaman dari gerombolan motor tersebut. Setelah puas, gerombolan itu meninggalkan Pratu Galang yang berlumuran darah. Pratu Galang sempat dibawa ke rumah sakit, namun nyawanya tak tertolong.
Aksi keji ini mengundang kemarahan dari sejumlah pihak. Bukan sekali dua kali gerombolan motor yang disebut geng motor ini bikin kejahatan di kota Bandung. Mereka menebar teror saat malam hari. Warga Bandung sudah muak dengan kelakuan mereka.
Wagub Jabar Deddy Mizwar melihat peristiwa penusukan terhadap Pratu Galang, merupakan peristiwa luar biasa. Ulah berandalan bermotor saat ini, sudah semakin nekat hingga prajurit saja berani diserang.
“Ini luar biasa. Ini seorang anggota kopassus saja digitukan, gimana kita?” kata Deddy Mizwar. (bay)