TASIKMALAYA – Salah satu ikon kerajinan masyarakat Tasikmalaya, adalah Payung Geulis. Namun sayang, keberadaannya kini sedikit-demi sedikit mulai tergerus oleh moderinisasi. Hanya beberapa pengrajin dan industri rumahan yang masih bertahan. Salah satunya, di kawasan Indihiang. Di kawasan ini, kerajinan Payung Geulis mampu bertahan lantaran ada upaya pelestarian melalui usaha turun temurun.
Yayat Sudrajat, salah satu pengrajin Payung Geulis di Indihiang yang masih bertahan. Dia merintis usaha kerajinannya sejak tahun 1980-an. Pendri usahanya, adalah A Sirod. Pengarajin ini pernah mendapat penghargaan Upakarti dari Pemerintah Pusat pada tahun 1992.
“Kita berusaha terus untuk bertahan. Walaupun Payung Geulis sudah mulai terdesak oleh payung modern, namun masih ada kelompok masyarakat yang menggunakannya, terutama dari anak-anak dan sanggar-sanggar seni. Harga Payung Geulis ukuran kecil adalah Rp20 ribu, sedangkan ukuran sedang sampai besar sekitar Rp30 ribu hingga Rp50 ribu,” ujar Yayat, di Galeri miliknya di Jalan Panyinkiran, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmlaya.
Yayat kemudian menceritakan perjalanan pasang surutnya Payung Geulis. Dengan adanya Payung Geulis menjadikan Kota Tasikmalaya terkenal setelah beberapa tahun kemerdekaan Republik Indonesia. menurutnya, diperkirakan pada 1950 merupakan masa tahun-tahun keemasan Payung Geulis.
“Banyak pengrajin Payung Geulis tersebar di berbagai daerah di Tasikmalaya pada waktu itu,” ungkap Yayat.
Bahkan, di daerah Panyingkiran hampir 90 persen penduduknya menjadi pengrajin Payung Geulis. Pada saat itu perekonomian masyarakat terbantu dengan berkembangnya penjualan Payung Geulis. Seiring berjalannya waktu, perjalanan Payung Geulis pun mengalami pasang surut.
Masih menurut Yayat, pada tahun 1980 tidak ada lagi pengrajin Payung Geulis di Kampung Panyingkiran. Sebelumnya, pengrajin Payung Geulis satu persatu gulung tikar. Ada beberapa penyebab yang mejadikan pengrajin Payung Geulis mati suri. Menurut Yayat, salah satunya karena muncul payung berbahan plastik dan besi.
“Seiring berjalanya waktu menjadikan payung Geulis yang berbahan alami kalah bersaing dengan payung berbahan plastik atau payung Moderen yang saat ini sering di gunakan Masyarakt Kota Tasikmlaya,” kata Yayat. (and)