Home » Cirebon » Ternyata, Batik Cirebon bukan Hanya Trusmi, Yang ini Lebih Ajib Brow…

Ternyata, Batik Cirebon bukan Hanya Trusmi, Yang ini Lebih Ajib Brow…

CIREBON – Kebanyakan orang mengenal kalau Batik asli Cirebon hanyalah Trusmi. Padahal tidak demikian. Justru ada Batik yang benar-benar asli Cirebon dan masih melakukan produksinya dengan tulisan tangan. Tak hanya itu, bahan untuk tinta batik tulis itupun menggunakan tumbuh-tumbuhan, alias bahan alami. Jadi tak salah, kalau batik ini memiliki kwalitas lebih baik. Ya, namanya Batik Ciwaringin.

Suja'i memperlihatkan sertifikat bersih dan ramah lingkungan dari PBB

Suja’i memperlihatkan sertifikat bersih dan ramah lingkungan dari PBB

Berlokasi di Blok Kebon Gedang Kecamatan Ciwaringin. Di sana, ada sebuah pemukiman yang hampir seluruh warganya menggantungkan kehidupannya pada usaha kerajinan batik. Hingga di di desa tersebut lahir sebuah kampung yang dinamakan Kampung Batik.

“Aktivitas membatik di desa ini sudah sangat lama terjadi, bahkan berpuluh-puluh tahun lalu,” ujar Owner Batik Ciwaringin, Suja’i, saat ditemui Jabar Publisher, Jumat (8/4/2016).

Batik Ciwaringin, kata dia, lahir dari kerajinan para santri, sejak berpuluh-puluh tahun lalu. Yang membawa dan memperkenalkan para satri pada batik, kala itu, adalah seorang kyai dari Pekalongan. Awalnya, kyai itu mengajarkan para santri membatik adalah sebagai keterampilan, untuk bekal dalam mengarungi kehidupan. Hingga kemudian berkembang dan turun temurun, hingga menjadi usaha warga setempat, kini.

“Ciri khas Batik Ciwaringin adalah dari motifnya. Dimana setiap goresan tangan pengrajinnya, bernuansa alam atau tumbuhan. Dan yang menjadikan kwalitas baik dari batik tulis Ciwaringin ini adalah karena bahan pembuatan tintanya dari tumbuh-tumbuhan,” lanjut Suja’i.

Ke-khasan lain dari Batik Ciwaringin adalah dari warnanya yang lembut. Warna batik yang lembut karena dihasilkan dari pewarna alami. Sekilas orang awam menilai batik Ciwaringin pudar atau usang.

“Tetapi itulah kekhasan batik Ciwaringin,” tambah Suja’i.

1259573Picture-071780x390Pria lulusan IAIN Cirebon ini kemudian memaparkan proses pembuatannya. “Pewarnaan Batik Ciwaringin dihasilkan dari beragam tanaman yang diolah terlebih dulu, di antaranya batang mangga, indigo, kulit rambutan, serta kulit jengkol. Batang pohon mangga atau kulit rambutan direbus hingga lebih dari 7 jam sampai warna kulit tersebut muncul, kemudian disaring lalu dimasukkan ke wadah. Usai itu, barulah pencelupan batik dilakukan secara berulang,” jelasnya.

Masing-masing tanaman tersebut menghasilkan warna berbeda. Kulit jengkol misalnya, akan menghasilkan warna cokelat. Batang mahoni bisa menghasilkan warna cokelat, mangga menghasilkan warna hijau.

Meski batik Ciwaringin sudah dikenal, namun pembeli masih sangat terbatas. Mereka kebanyakan berasal dari luar negeri atau konsumen lokal kelas atas. Hal ini, menurut Saja’i lantaran harga batik Ciwaringin relatif mahal, bahkan bisa mencapai jutaan rupiah per lembarnya. Akan tetapi, dibandingkan dengan proses pembuatannya yang lama, harga yang ditawarkan rasanya pantas.

Proses yang lama karena kain batik harus dicelup dengan pewarna alami secara berulang untuk menghasilkan warna yang pas. Bahkan, untuk menyelesaikan satu lembar kain batik tulis membutuhkan waktu seminggu. “Itupun jika warna yang digunakan tidak banyak dengan motif sederhana,” jelasnya.

Batik Ciwaringin istimewa bukan hanya karena prosesnya butuh waktu lama, tetapi juga motifnya yang unik. Motif batik Ciwaringin mengandung makna yang menjadi pedoman masyarakat blok tersebut. (bay)

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*