BEKASI – Tokoh Utara Kabupaten Bekasi, Damin Sada mengatakan, pemerintahan Kabupaten Bekasi yang dipimpin Bupati Bekasi, Neneng Hasanah Yasin, dinilai tidak sesuai dengan visi misinya. Pasalnya, untuk memajukan Kabupaten Bekasi harus memiliki tujuan dan rencana yang matang, sehingga penataan Kabupaten Bekasi akan lebih baik.
“Kalau boleh milih, lebih bagus waktu pemerintahan Sa’dudin. Sebab, beliau masih mau mendengar saran dan nasehat para tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh agama. Bupati Bekasi yang sekarang ini udah gak bisa mendengar masukkan-masukkan. Siapa pun orangnya, kayaknya udah gak bakalan didenger. Jadi, pemimpin daerah apa kalau seperti itu,” ujar Damin saat ditemui Jabar Publisher di Hotel Cibitung Indah, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Bekasi, Rabu (23/03).
Damin mengibaratkan, perbandingan dua orang murid di suatu kelas, yang satu pintar, yang satunya lagi bodoh. Murid yang sering bertanya pasti murid yang pintar, kalau yang bodoh pasti diam karena malu bertanya. “Jadi, Bupati ini orang pintar atau orang bodoh? Intinya murid yang pintar itu sudah pasti banyak tanya, karena tidak menguasai pemahaman dan bagaimana cara mengatasinya,” katanya.
Selain itu, dijelaskan Damin, soal penempatan SKPD Kabupaten Bekasi ‘Rotasi/Mutasi’ tidak sesuai dengan ilmu dan bidangnya. Sekarang sudah terjadi, seorang Kepala dinas Pendidikan dipindah menjadi Kepala Dinas Pertanian dan Dinas Lingkungan Hidup ke Dinas Pendidikan. “Ini kan udah ngawur, bagaimana bisa bagus kinerja ke depan,” ucap pria yang juga sebagai GM Hotel Cibitung Indah.
Menurutnya, seorang Neneng Hasanah Yasin, hanya asal memindahkan orang, yang penting jadi Kepala Dinas. Jadi, tidak dipikirkan terlebih dahulu, keahlian dan cocoknya di bidang apa Kepala Dinas itu dipindahkan. “Masa, Kepala Dinas belajar. kan gak mungkin! Kepala Dinas seharusnya sudah paham dengan kinerjanya di bidang masing-masing sesuai keahliannya. Kalau gak paham, maka nantinya jadi amburadul, otomatis pemerintahannya juga amburadul, karena keahlian seorang Kepala Dinas bekerja yang bukan bidangnya,” beber Damin.
Dikatakan Damin, Bupati Bekasi seorang perempuan, Kepala Dinas Kebersihan seorang perempuan. Seharusnya, Bupati Bekasi berpikir, bagaimana menjadikan Kabupaten Bekasi ini menjadi tertata rapi dan indah.
“Trotoar aja dibuat pot bunga. Kan itu dibuat untuk pejalan kaki. Bukan mencontohkan yang baik kepada masyarakat malah membuat semua berantakan. Otomatis bakal ada penilaian dari masyarakat Bekasi sendiri, seorang pemimpin Kabupaten Bekasi ini kok kinerjanya gak bagus,” katanya.
Dijelaskannya, dalam menata kota, seperti merapikan dengan melaksanakan berbagai penggusuran bangli-bangli. Setelah dilaksanakan penggusuran, kemudian dibiarkan begitu saja. Menurutnya, sebelum penggusuran dilaksanakan harus ada perencanaan, setelah bangli digusur lahannya ini akan dibuat apa? “Harus segera dilakukan, bukannya dibiarkan terlalu lama. Kalau dibiarkan lama, otomatis bangli-bangli itu akan kembali didirikan, dengan alasan lahan kosong yang tak bertuan. Apalagi, program rutilahu yang belum sepenuhnya terealisasi, karena masih banyak desa-desa yang belum dijamah oleh pemerintah Kabupaten Bekasi di era pemerintahan Bupati Bekasi, Neneng,” tutup Damin.
Menurut Damin, Februari 2017 nanti, Neneng tidak usah mencalonkan kembali menjadi Bupati Bekasi, daripada kinerjanya tetap sama. Tetap amburadul. (fjr)