KARAWANG – Kesan tak perduli dan cuek ditunjukkan Pemkab Karawang pada kegiatan kemahasiswaan di wilayahnya. Padahal, salah satu Universitas negeri di Karawang, Universitas Singa Perbangsa (Unsika) menjadi tuan rumah tingkat nasional kegiatan TWKM XXVII (Mapalaska). Jangankan ngasih bantuan pendanaan, pada kegiatan yang akan dilaksanakan tanggal 9 November 2015 itu, Plt Bupati Karawang, yang kini jadi incumbent di Pilkada Karawang, menolak untuk hadir dan membuka acara tersebut.
Perhatian malah datang dari Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi. Atas nama Pemkab Purwakarta, dia menggelontorkan dana bantuan sebesar Rp120 juta. Hal tersebut terkuak pada rapat teknis kegiatan tersebut di kampus Unsika, Minggu (8/11) dini hari. Dalam rapat itu, panitia seolah mendapatkan jalan buntu terkait pendanaan dan siapa yang nanti akan membuka acara dari pihak pemerintahan setempat.
Ketua Adat Mapalaska, Yayang Suharso Putra mengatakan, Pemkab Karawang tidak memberikan anggaran sepeserpun kepada Mapalaska Unsika terkait pelaksanaan acara nasional TWKM XXVII yang diikuti kurang lebih 500 mahasiswa pecinta alam dari seluruh perguruan tinggi di Indonesia dan dilaksanakan di Unsika.
“Pemkab Karawang nggak memberikan sepeser pun dana untuk kegiatan nasional ini. Padahal, proposal sudah masuk,” ungkap Yayang, saat membahas rapat teknis TWKM XXVII di ruang Fakultas Hukum Unsika.
Tidak hanya itu, lanjut Yayang, Plt. Bupati Karawang, Cellica Nurrachadiana juga tidak bersedia memberikan sambutan atas kegiatan ini dan tidak ada yang mau mewakilkan baik Sekda maupun Kadis BPLH. “Intinya tidak ada perwakilan dari pemerintah. Padahal ini kegiatan nasional,” katanya.
Selain itu, justru yang memberikan anggaran dana untuk lancarnya kegiatan ini, Pemda Purwakarta yang mampu memberikan anggaran sebesar Rp120 juta kepada Mapalaska UNSIKA serta pihak Universitas memberikan dana sebesar Rp50 juta. “Semua proposal sudah masuk, khususnya Pemda Karawang, tapi tidak ada tanggapan serius dari pihak Pemda Karawang. Apakah dananya dipakai untuk persiapan Pilkada?” tandasnya.
Dari pantauan Jabar Publisher di lapangan, perencanaan dari acara tersebut, panitia ingin mengenalkan kebudayaan Karawang kepada 500 peserta dari seluruh Indonesia, bahkan mengunjungi situs Candi Jiwa hingga pengenalan Tugu Proklamasi di Rengasdengklok harus pupus, karena minimnya anggaran. Bukankah itu suatu kebanggaan bagi masyarakat Karawang terutama Pemda Karawang?
Tidak hanya itu, bahkan diduga ada kong kalikong antara pihak Pemda dengan pemilik Villa di area Loji, Karawang. Untuk pelunasan sewa Villa kurang lebih sebesar Rp100 juta yang menampung sekitar 50 orang. Saat diminta menu makanan untuk peserta pun, pemilik Villa tidak transparan. Sewa ambulan pun dari UPTD Dinas Kesehatan untuk antisipasi, diminta Rp5 juta dan tidak mau mobile selama acara berlangsung hingga usai.
Diketahui, demi lancarnya kegiatan ini, budget yang dicapai kurang lebih 1 minggu, bisa menghabiskan dana sebanyak setengah miliar. Dan hingga saat ini, sudah ada hampir 200 peserta dari berbagai universitas di Indonesia yang sudah hadir di Unsika. (fjr/bay)