Home » Cirebon » Miskin, Perempuan ini Harus Berjuang Melawan Tumor Ganasnya Tanpa Pengobatan Medis

Miskin, Perempuan ini Harus Berjuang Melawan Tumor Ganasnya Tanpa Pengobatan Medis

CIREBON – Pembanguan bidang kesehatan di negeri ini nampaknya belum seluruhnya menyentuh masyarakat. Buat warga miskin, tetap saja menjadi sesuatu yang luar biasa untuk mendapatkan pelayanan layak di bidang kesehatan. Seperti yang dialami salah seorang warga Panguragan Wetan Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon, Lilis (42). Perempuan ini harus berjuang sendiri melawan penyakit suspek tumor ganas ovarium, lantaran tak ada rumah sakit yang mau menerimanya. Faktornya, gara-gara Lilis miskin, gak sanggup bayar.

Bertahun-tahun, Lilis hanya bisa terkulai lemas di tempat tidur dengan menahan rasa sakit yang terus menderanya. Tubunya makin kurus karena terus digerogoti penyakit yang dideritanya itu. Bukan tak mau berobat secara medis. Tapi ketidak berdayaan ekonomilah yang menjadikannya harus menjalani sisa hidupnya seperti itu.

Mirisnya, Lilis pernah diterlantarkan oleh Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Alasannya sama, yakni gak mampu bayar. Itu terjadi pada tahun 2013 lalu.

Orang tua Lilis, Kamini menceritakan, awalnya si Lilis ini hamil ternyata setelah ingin melangsungkan adat nuju bulan ternyata yang diidap oleh anaknya itu tumor. Padahal pernah di USG pada usia kandungan 4 bulan yang terlihat itu janin.

“Awalnya dikira hamil, orang di USG ada bayinya, pas mau acara nuju bulanan bayinya ilang berubah jadi tumor, kejadian ketahuan ada tumor sekitar tahun 2013,” kata Kamini kepada reporter Jabar Publisher, beberapa hari lalu.

Penanganan pengobatan demi kesembuhan anaknya telah dilakukannya mulai dari puskesmas panguragan lalu dirujuk ke rumah sakit Arjawinangun lalu di rujuk lagi ke rumah sakit Hasan Sadikin Bandung. Mengapa bisa dirujuk ke rumah sakit Hasan Sadikin Bandung di rumah sakit Arjawinangun katanya alatnya tidak memadai makanya dirujuk ke rumah sakit Hasan Sadikin Bandung.

“Disana (RS. Hasan Sadikin.red) selalu diundur-undur ga segera di layanin. Sudah 2 kali ke rumah sakit itu pertama pada bulan 10 tahun 2013 kedua bulan ke 11 di tahun yang sama,” ungkalnya.

Perjanjian operasi pertama, kata Kamini,pada bulan oktober tahun 2013 lalu, ia bersama anaknya datang ke RS Sadikin Bandung tepat waktu sesuai dengan jadwal operasi pertama anaknya itu, namun setiba di RS Hasan Sadikin apa yang ia terima, pihak rumah sakit bilang operasi pertama di undur selama setengah bulan kedepan.

“Kami kan orang miskin, udah datang sesuai jadwal yang di tentukan eh malah diundur, udah ongkos dapat ngutang sama saudara. Makanya selama 17 hari kami tidak pulang melainkan tidur di teras kantin rumah sakit demi mengirit biaya biar tidak pulang pergi,” jelasnya.

Setelah 17 hari ia dan anaknya rela menginap di teras rumah sakit, pas waktunya, kata dia, tetap langsung tidak di tangani secara operasi penyakit anaknya ini melainkan hanya di periksa saja.

“Setelah pemerikasaan yang hanya dokter lakukan, lalu perjanjian operasi pada bulan depannya (November,red), kami datang lagi namun sama seperti bulan lalu tidak langsung ditangani operasi padahal sudah perjanjian bulan ini dilakukan operasi. Dari situ dan hari itu juga kami paksakan pulang dan tidak ingin datang lagi, karena selalu di undur-undur padahal setelah dilakuka cek kondisi Lilis tensi darah normal, kondisi anak pokoknya vit sangat siap dilakukan operasi tapi tidak segera dilakukannya,” katanya.

Setelah ditolak sana sini, lanjut Kamini, demi kesembuhan anaknya itu, langkah yang ia lakukan yaitu membawa Lilis ke pengobatan secara herbal yaitu memeriksakannya ke orang pintar (Kiyai,red).

“Sampai detik ini tidak ada yang kesini dari baik dari Pemerintah Desa. Kecamatan maupun Kabupaten Cirebon, dari awal urus-urus sendiri mulai dari pengajuan Jamkesmas dan lainnya,” pungkasnya. (gfr)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*