KUNINGAN – Hari jadi Negara Republik Indonesia yang ke-70 tahun, bagi Yayasan Ampera Indonesia (YAI) mempunyai arti khusus. Bagi yayasan yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat ini, HUT RI ke-70 tahun ini merupakan era kelahiran kembalipatriot-patriot moderen bangsa yang akan membawa negeri ini pada kejayaan.
“Angka 70 dalam bahasa Al-Quran mempunyai makna yang dalam. Yakni, kelahiran kembali. Dan dalam hal ini, jika dihubungkan dengan HUT RI ke-70, kami memaknai, itu merupakan era kelahiran kembali patriot-patriot bangsa yang akan membawa negeri ini pada kejayaan,” ujar Ketua Umum Yayasan Ampera Indonesia, Wahyudihardja Kusuma, SH, dalam sambutannya saat menjadi Pembina Upacara HUT RI ke-70 yang digelar yayasan tersebut di lapangan parkir Gedung Naskah Linggarjati, Kuningan, Senin (17/8).
Dikatakan dia, selama ini jiwa patriotisme dan nasionalisme telah mengalami dekadensi di tengah rakyat Indonesia. Dengan dalih moderenisasi dan globalisasi, lanjut dia, kebanyakan dari generasi negeri ini sudah mulai menggandrungi budaya dan prilaku serta ideologi luar. “Prihatin, sangat memprihatinkan. Negeri yang sudah lebih dari setengah abad merdeka malah berada diambang kehancuran, lantaran warganya sudah tak memiliki rasa patriotisme dan nasionalisme. Di usia yang ke-70 tahun ini, diharapkan akan lahir kembali patriot-patriot moderen yang bisa menyelamatkan negeri ini dari kehancuran,” tambah pria yang akrab disapa Romo ini.
Dalam kaitannya ini, terang Romo, Yayasan Ampera Indonesia tak pernah surut dalam hal upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya. Berbagai program yang berhugungan langsung dengan penanaman rasa patriotisme dan nasionalisme dilakukan, melalui pemberdayaan manusia itu sendiri. “Kita sudah melakukan itu dari tahun 2012 lalu. Berbagai program berkenaan dengan hal tersebut kami lakukan. Sebab bagi kami (Yayasan Ampera Indonesia) Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan harga mati. Dan untuk mempertahankan itu, maka yang menjadi pondasi adalah jiwa patriotisme dan nasionalisme,” tambah Romo.
Yayasan Ampera Indonesia, papar Romo, merupakan salah satu lembaga sosial kemasyarakatan dalam bentuk yayasan yang berdiri berdasarkan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. “Disini kita bergerak dalam bidang pemberdayaan masyarakat di segala bidang pembangunan, termasuk pembangunan manusia seutuhnya dengan tetap menjaga kelestatrian alam/lingkungan hidup (Memayu Hayuning Bawono). Dengan mengoptimalkan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) dalam rangka meningkatkan perdapatan perkapita bangsa Indonesia melalui pelaksanaan program Hutan Ampera untuk Kemakmuran Rakyat. Yang pada saatnya nanti akan mampu mengantar rakyat dan bangsa Indonesia menjadi masyarakat yang produktif dan mandiri dalam menuntaskan berbagai permasalahan sosial kemasyarakatan yang meliputi masalah ekonomi, pendidikan, kesehatan, bencana alam, dan masalah sosial kemanusiaan lainnya,” kata Romo.
Kesemuanya itu, jelas Romo, dilakukan untuk mencapai kemakmuran, kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan untuk kebesaran bangsa Indonesia di mata dunia sebagai barometer mercusuarisme dunia. “Hal ini juga sesuai dengan cita-cita luhur para pendiri bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” jelasnya.
Ada yang menarik dalam gelaran upacara HUT RI ke-70 yang dilakukan Yayasan Ampera Indonesia. Yakni, para pesertanya terdiri dari sejumlah komunitas di masyarakat Indonesia. Yakni komunitas penarik delman, tukang ojek, petani, guru madrasah, mahasiswa, veteran dan waria. “Kenapa kita melibatkan mereka (komunitas-komunitas itu) dalam upacara ini? Sebab kami ingin memberikan perasaan kebanggan pada mereka, serta pengakuan kalau mereka juga merupakan bagian dari pemilik negeri ini. Dan di hari ulang tahun kemerdekaan ini mereka turut merasakan perayaannya secara langsung menjadi peserta upacara. Selain tentu saja sebagai upaya untuk menanamkan rasa patriotisme dan nasionlaisme itu sendiri,” imbuh Romo.
Dalam gelaran peringatan HUT RI ke-70 itu, Yayasan Ampera Indonesia juga memberikan santunan kepada 20 veteran serta mengadakan sejumlah perlombaan khas Agustusan. Seperti balap karung, bakiak dan panjat batang pohon pisang, yang pesertanya para waria.
“Saya merasa bangga bisa berada di sini, menjadi peserta upacara di peringatan HUT RI. Sebelumnya saya tak pernah melakukan ini. Dengan kegiatan ini, saya juga merasa mendapatkan penghargaan sebagai pemilik negeri,” ujar Jafar, seorang tukang ojek, yang ditemui usai upacara di lokasi acara.
Hal senada juga dilontarkan Yesi alias Yayan, seorang Waria. Bagi dia, ini merupakan pengalaman pertamanya. Dimana dirinya bisa berada di barisan bersama orang-orang dalam melakukan upacara peringatan HUT RI. “Saya merasa bangga. Dan ini merupakan pengalaman pertama bagi saya,” ucapnya. (bay)