BOGOR – Menjadi kegundahan tersendiri bagi seorang pemimpin yang memiliki daerah wilayah dengan kekayaan alam yang lengkap. Potensi daratan dan potensi kelautan yang sama menjanjikannya. Namun sayang, pemanfaatannya belum terasa optimal. Terutama bagi kemaslahatan masyarakat yang lebih luas.
Pemanfaatan sumber daya alam ini tentu harus berlandaskan ilmu yang mumpuni. Ilmu inilah yang kelak membuat sumber daya alam yang ada dapat diubah menjadi kebaikan yang berlipat-lipat. Dasar itulah yang ada di benak Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) ketika memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang S3 dengan mengambil jurusan Ekonomi Sumber Daya Kelautan Tropika Institut Pertanian Bogor (IPB).
Jurusan ini masih berkesinambungan dengan ilmunya di jenjang S2 terdahulu di kampus serupa yakni di Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan Fakultas Agribisnis. Niat Aher, dengan ilmu yang terpadu, bisa membangun Jawa Barat dengan lebih holistik.
Minggu pagi 18 Oktober 2015 lalu, Aher meniti niat dan visi besarnya dengan mengikuti tes potensi akademik/TPA Bappenas untuk masuk pasca sarjana doktoral IPB. Sekalipun gubernur, prosedur resmi yang cukup rumit tetap diikuti oleh orang nomor satu di Jawa Barat di Ruangan Mawar, Gedung Sekolah Pascasarjana IPB, Kampus Baranangsiang, Jl Baranangsiang, Kota Bogor.
Menurut Aher di lokasi ujian kepada Humas Pemprov Jabar, dirinya wajib dan patuh mengikuti prosedur resmi yang diterapkan pihak kampus. Sebab, suri tauladan sangat penting bagi masyarakat keseluruhan. “Gubernur itu jabatan publik, tapi sebagai mahasiswa ya ikut prosedur mahasiswa saja seperti pada umumnya,” katanya, seraya mengatakan kelak saat kuliah, proses belajarnya tak ada keistimewaan. Dalam tes pagi tersebut, ada 250 soal dari Bappenas terbagi dalam tiga segmen yang akan ditempuh durasi tiga jam dari jam 09.30 hingga 13.00 tanpa ada jeda istirahat. Agar bisa lulus doktoral, Aher diharuskan menembus skor TPA minimal 500.
Dia duduk di kursi barisan ketiga sebelah kiri, atau persis di depan pintu masuk dengan nomor urut 181015045. Hasil tes sendiri bisa dicek mulai Rabu, 21 Oktober, baik diambil sendiri ke Bappenas Jakarta atau dikirim ke kampus IPB dan atau rumah peserta. Mengacu daftar hadir, Gubernur Jabar dua periode ini menulis tidak ingin dihantarkan ke rumah, tapi akan mengecek ke institut pertanian terbesar yang sudah berusia 52 tahun ini.
Kuliah Akhir Pekan
Keikusertaan Gubernur Aher dalam tes normal S3 IPB ini diapresiasi peserta lainnya. Teddy Sunandar, peserta tes TPA, yang duduk persis di belakang Aher, menyebutkan setiap sistem memiliki tatanan yang harus dihormati. “Semua orang harus menghormati tata kelola akademik yang sudah lama dibangun, termasuk pejabat publik. Saya apresiasi Gubernur Aher yang tetap ikut prosedur,” katanya.
Menurut dia, sama seperti tes S2 sebelumnya, Aher juga tetap ikut serangkaian persyaratan untuk menjadi mahasiswa doktoral kampus pertanian terbesar di Indonesia itu. “Kalau sampai tidak prosedural, tidak ikut persyaratan, malah rugi ke semua. Kalau pimpinan saja demikian, rakyat akan halalkan cara instan,” katanya.
Vera, staff Sekolah Pascasarjana IPB, mengatakan, sesuai peraturan, selepas hasil tes TPA minimal 500, baru dilakukan sidang penentuan mahasiswa baru. Akan tetapi, hasil tes TOEFL, yang biasanya diperuntukkan masuk S3, tidak dipersyaratkan karena ada mata kuliah ke depannya.
“Setelah persyaratan administrasi, syarat berikutnya lihat hasil TPA. Tidak ada keperluan tes TOEFL, karena nanti ada pelajaran mata kuliahnya sendiri,” katanya. Lebih lanjut, sekira nanti lulus tes masuk doktoral IPB, Aher akan kuliah tiap Jumat dan Sabtu. Menurutnya, perkuliahan doktoral ekonomi sumber daya kelautan tropika menuntut kehadiran mahasiswa tanpa alasan.
Kampus menyebutkan mahasiswa hanya boleh dua kali tidak hadir sesi semester perkuliahan, lebih dari itu tidak bisa mengikuti ujian dan otomatis tidak lulus. “Saya kalau sudah kuliah, tiap hari Jumat masuk dari jam 16 sampai dengan pukul 22, sementara Sabtu dari jam 08 sampai pukul 14,” kata Aher antusias.
Menurut dia, dengan sendirinya, acara di akhir pekan, sekira tidak mendesak, maka akan diwakilkan kepada Wakil Gubernur Deddy Mizwar, misalnya. Perkuliahan sendiri rencananya paling telat awal November 2015 ini. Sebab, perkuliahan pasca doktoral IPB biasanya bergulir tiga bulan setelah perkualiahan reguler strata satu. Semoga niat dan narasi besar dalam menuntaskan kegundahan ini segera terkikis di kampus. (jay/rls)