CIREBON – Warga Cirebon kembali dikagetkan dengan sebuah insiden jenazah positif Covid 19 di Kec Gunung Jati, Kab Cirebon, Minggu (4/10/2020) yang sebelumnya dirawat di RS Gunung Jati. Dimana saat akan dimakamkan, jenazah tersebut masih mengenakan baju dan popok ketika dicek oleh keluarga. Atas peristiwa tersebut pihak RS Gunung Jati langsung menggelar konferensi pers Senin (5/10/2020), di PSC (Public Safety Center) 119 Sregep yang lokasinua berada di depan IGD Rumah Sakit Gunung Jati.
Sebelumnya, video pemakaman itu pun viral di medsos Facebook dimana saat pemakaman tersebut pihak keluarga histeris ketika membuka peti ternyata didapatkan jenazah dibungkus plastik dan masih berpakaian. Sedianya pemakaman akan dilakukan di TPU Gunung Jati, Desa Astana, Kabupaten Cirebon.
Pasien tersebut berinisial S (37 tahun) meninggal diduga karena Covid-19. Dari informasi yang didapat, pasien tersebut mulanya sesak nafas dan dirawat di Rs Gunung Jati Cirebon pada awal Oktober. Empat hari kemudian yakni 4 Oktober 2020, pasien meninggal dan pihak RS menyatakan positif covid-19. Jenazah kemudian diantarkan ambulance rumah sakit ke TPU Gunung Jati Cirebon. Namun, saat sampai di lokasi, hanya ada supir ambulance saja tanpa ada tim medis lainnya.
“Ini sangat disesalkan sekali, pihak keluarga dan pihak desa serta masyarakat merasa aneh. Setelah di konfirmasi ke RS, RS bilang iya jam 8 begitu saja. Tapi ini pas datang kok hanya diantarkan supir ambulancenya saja, tanpa tim medis lainnya. Kita kan bingung yang akan menguburkan dan mengurusi jenazah siapa, bahkan kita tidak di kasih APD sama sekali,” ujar Kuwu Desa Astana Nuril Anwar, Minggu, (4/10/2020).
Dia mengungkapkan, semula pihak keluarga menerima dengan lapang dada ketika pasien dinyatakan meninggal karena terkena Covid-19. Bahkan, warga sekitar siap untuk membantu menjaga ketertiban dan keamanan saat proses penguburan jenazah. Namun faktanya keluarga dan warga geram saat jenazah diantar hanya dengan supir ambulance tanpa tim medis.
“Sebenarnya jenazah ini dari dulu memang punya penyakit bawaan sesak nafas. Tahu keadaan begini semakin membuat kita juga bertanya-tanya. Kalo mereka bawa tim untuk penguburan mungkin ga akan jadi masalah,” ungkap Nuril.
“Kalau mau membodohi masyarakat ya jangan bodoh-bodoh amat. Setau saya penguburan jenazah covid-19 itu kan ada aturannya, paling tidak di dampingi oleh 2-4 medis dengan APD lengkap dan juga suasana yang tertutup. Tapi ini tidak demikian,” sambung Nuril.
Dia berharap pihak rumah sakit memberi konfirmasi yang jelas dengan melampirkan bukti hasil laboratorium. Bukan hanya surat yang menyatakan kalau jenazah terpapar covid-19. “Jenazah ini manusia, sudah seharusnya di perlakukan dengan layak dan sebagai mana mestinya,” sesal Nuril.
Sementara itu, Juru Kunci makam TPU Gunung Jati Sutrisno mengaku, mobil jenazah datang ke TPU pada jam 12.00 siang. Kedatangan mobil tersebut membuat masyarakat dan pihak pasien heran lantaran hanya supir yang mengantar. Seakan mengganjal, masyarakat sekitar sontak kisruh hingga akhirnya membuka peti jenazah. Tak disangka didalam peti, jenazah masih memakai baju, hanya dipakaikan popok dewasa dan dibungkus plastik saja.
“Hanya diantar oleh supir yang bikin masyarakat sini kisruh kenapa seakan pihak RS tidak ada tanggung jawab sama sekali. Karena keganjalan ini, akhirnya masyarakat membuka peti itu. Ternyata hanya dipakaikan popok dewasa di bungkus plastik, kami menduga jenazah tidak diperlakukan sesuai syariat islam dan tidak disucikan. Akhirnya dibawa ke rumah duka untuk dimandikan dan diurus sesuai syariat,” sambung Kuncen makam Gunung Jati Sutrisno.
Sementara itu, sopir ambulance RSGJ Bahrudin, saat dikonfirmasi JP lewat telepon membenarkan bahwa dia datang sendiri ke lokasi pemakaman. “Betul saya datang sendiri dan saya pulang jalan kaki karena warga sempat emosi dan menahan kunci serta ambulance RS,” ungkapnya. Ia juga berharap tiap pengantaran jenazah, khususnya jenazah covid 19, seyogyanya bisa didampingi oleh petugas medis lainnya karena kondisi di lapangan kadang tidak sesuai harapannya.
“Biasanya saya sendiri kadang juga bersama petugas medis lainnya dan kadang pula diantar oleh petugas dari puskesmas di lokasi tujuan,” imbuhnya.
Ia juga menegaskan bahwa pada akhirnya jenazah positif covid tersebut dimandikan kembali oleh keluarga mereka. “Akhirnya dimakamkan seperti jenazah biasa, dimandikan lagi dan dikafani lagi oleh keluarganya,” tandas Bahrudin yang sudah bekerja selama 32 tahun sebagai sopir ambulance.
SEKDA KOTA CIREBON DAN DIREKTUR RS GUNUNG JATI LANGSUNG GELAR KONFRENSI PERS
Di tempat konpers, Sekda Kota Cirebon Agus Mulyadi menegaskan bahwa pihaknya ingin menginformasikan kepada masyarakat ketika seorang jenazah dinyatakan positif covid 19 maka proses pemulasaraan jenazah pun wajib mengikuti protokol covid-19. “Masyarakat juga harus paham SOP-nya demikian. Lakukan koordinasi yang baik dengan seluruh perangkat teknis untuk bisa lakukan penanganan yang baik terhadap pasien dari Kota Cirebon maupun Kabupaten. Adapun di Pemkot Cirebon sendiri untuk jenazah Covid-19 pemakamannya khusus yakni di Kedung Menjangan dengan protokol yang tetap harus dijalankan,” ungkapnya. Sekda juga berharap tidak ada lagi stigma yang negatif terhadap pasien terkonfirmasi Covid-19.
Sedangkan Direktur RS Gunung Jati dr Ismail menegaskan bahwa pasien tersebut awalnya merupakan pasien rujukan dari RS Putra Bahagia. Namun saat dilakukan tes swab menunjukkan hasil positif dan meninggal pada tanggal 4 Oktober. “Kami sudah melakukan prosedur yang seharusnya. Memang diantar oleh seorang sopir ambulance. Dan untuk pemakaman bukan menjadi tanggungjawab RS Gunung Jati. Kewenangan kami hanya mengantarkan jenazah saja dan kemudian berkoordinasi dengan petugas di daerah tujuan namun itu situasional, karena jumlah petugas kita juga terbatas. Untuk diketahui, jenazah itu sudah dikafani dan dipakaikan popok lalu dibungkus plastik, dan dimasukan ke dalam peti. Jadi dibungkus sebanyak 3 lapis. Kenapa pakai popok karena ada cairan yang terus keluar dari tubuhnya. Jadi kurang tepat yah kalau jenazah itu ditelantarkan. Jenazah itu sudah dikafani dan dibungkus plastik dan peti. Soal baju yang dipakai itu baju miliknya bukan baju dari RS. Baju itu dipakaikan kembali karena takutnya baju tersebut sudah terinveksi virus dan popok itu dipakai untuk mencegah rembesan cairan yang keluar terus menerus dari tubuh pasien,” ungkap direktur. Saat konpers tersebut, direktur meminta Kepala ICU dan Anastesi RS Gunung Jati dr. Agung, untuk mendampingi. Namun Agung yang tampak bingung dan berkeringat tak banyak berkata, hanya sesekali mengiyakan ketika ditanya oleh direktur RS.
Sedangkan terkait informasi bahwa jenazah itu dibuka, dimandikan dan dikafani kembali oleh pihak keluarga pasien, seperti jenazah pada umumnya, pihak RS akan melakukan upaya lanjutan. “Kami akan berkoordinasi dengan Pemkab Cirebon khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon untuk kemudian dilakukan upaya-upaya yang semestinya,” jelasnya. (tim/red)
Baca berita selanjutnya, klik:
Penanganan Jenazah Covid-19 di RS Gunung Jati Penuh Teka-teki