Home » Cirebon » 120 Buruh di Kabupaten Cirebon Di-PHK

120 Buruh di Kabupaten Cirebon Di-PHK

CIREBON – Bersiap, angka pengangguran di Kabupaten Cirebon bakal naik signifikan. Pasalnya, saat ini mulia banyak perusahaan di kabupaten tersebut yang gulung tikar dan melakukan pegurangan karyawannya.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Deni Agustin mengatakan, di Kabupaten Cirebon sendiri terdapat 120 buruh yang di PHK, ada yang karena dampak krisis global, ada juga dikarenakan perselisihan hubungan industri.

“Dari tingginya nilai dolar tentu pasti sangat berpengaruh, jumlah yang di PHK tersebut memang tidak semua dikarenakan perusahaan tidak sanggup memberi upah lantaran krisis global. Tapi juga ada yang karena perselisihan hubungan industri,”ujar Deni.

Terkait dampak krisis global terhadap buruh, kata Deni, dapat dilihat dari inflasinya. Sementara itu dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Cirebon, inflasi diKabupaten Cirebon masih dalam kategori wajar. Sehingga tidak terlalu berpengaruh pada buruh.

Untuk menghindari dampak yang lebih luas, Pemerintah Daerah berupaya mencari peluang lapangan kerja baru. Diantaranya mencetak wirausaha baru, melalui pelatihan-pelatihan yang digelar Pemerintah, kemudian penerapan teknologi tepat guna.

“Skala prioritas Pemerintah adalah mengamankan desa dari krisis. Jangan sampai berdampak ke desa. Sehingga kita gencar lakukan pelatihan di desa, hasilnya muncul pengusaha-pengusaha baru, seperti membuka bengkel, warung makan dan budidaya jamur,” katanya.

Pelatihan-pelatihan tersebut, menurutnya cukup efektif, terbukti selain memunculkan wirausaha baru,banyak juga tenaga yang dilatih oleh UPT Tenaga Kerja untuk diminta oleh sejumlah perusahaan besar.

“Kita siapkan dulu orangnya, dengan cara apa? Ya dilatih, setelah lulus baru kita tempatkan ke perusahaan yang membutuhkan,”terangnya.

Rata-rata peserta yang mengikuti pelatihan, lanjut dia, terserap disejumlah perusahaan, misalnya belum lama ini sebanyak 300 tenaga las diserap. Melihat hal itu, ia akan terus mencetak pekerja untuk kebutuhan industri.

Sementara itu Bupati Cirebon, Sunjaya Purwadisastra menyampaikan, tingginya nilai dolar terhadap rupiah atau terjadinya ekonomi global hanya berpengaruh kepada para pengusaha yang mengunakan bahan baku impor. Sementara yang menggunakan bahan baku lokal dan diekspor justru diuntungkan, salah satunya pengusaha rotan.

“Jelas sangat berpengaruh, tapi bagi perusahaan yang bahan bakunya impor. Untuk yang tidak impor justru diuntungkan, karena bisa menjual dengan lebih tinggi,” katanya.

Memang, diakui Sunjaya, ada dua sisi positif dan negatif dengan naiknya nilai tukar dolar terhadap rupiah. Sebab para pengusaha di Kabupaten Cirebon tak hanya menggunakan bahan dari lokal saja, tetapi banyak perusahaan yang mengandalkan bahannya dari impor.

“Saya harap, nilai dolar terhadap rupiah berangsur-angsur akan pulih. Sehingga iklim investasi dan iklim distribusi yang ada di Kabupaten Cirebon bisa berjalan sesuai dengan yang kitainginkan,” harapnya. (gfr)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*