JAKARTA – Viral di media sosial, pemudik dari Bali bisa pulang ke Pulau Jawa karena berbekal surat keterangan sehat palsu yang dibeli di Pelabuhan Gilimanuk. Kabar itu viral setelah sebuah akun memposting keterangan berikut foto surat keterangan kesehatan palsu atau asli tapi palsu alias aspal itu. Postingan itu diunggah di akun Facebook milik Tofik, seorang pemudik dari Denpasar.
Dalam postingan itu, dia menyatakan bahwa saat akan menyeberang ke Pulau Jawa melalui Pelabuhan Gilimanuk, ditemukan adanya praktik penjualan surat keterangan sehat palsu di Gilimanuk. Dari foto surat keterangan sehat palsu yang ia beberkan, terlihat pada kop surat itu bertuliskan “UPTD Puskesmas II Dinas Kesehatan Kecamatan Denpasar Barat”.
Awalnya, informasi ini dibagikan di sebuah grup Facebook melalui akun pribadinya. Peristiwa terjadi pada Senin (11/5/2020) kemarin.
“Saya belinya di Gilimanuk. Awalnya saya gak mau beli, tapi karena kepepet pulang, terpaksa saya beli Rp 100 ribu. Kalau ramai dijual Rp 250 – Rp 300 ribu per surat,” kata Tofik dikutip Tribunjabar.id, Rabu (13/5/2020).
Ceritanya, Tofik awalnya duduk merenung di Pelabuhan Gilimanuk. Saat itu dia tak diizinkan menyeberang lantaran tidak memiliki surat keterangan sehat.
Tiba-tiba, saat malam hari, ada seorang pria yang diduga tukang ojek di kawasan Pelabuhan Gilimanuk, mendekatinya dan menawarkan surat keterangan sehat palsu itu. Pria itu menanyakan kepada Tofik apakah akan menyeberang dan menawarkan surat keterangan sehat palsu.
“Yang nawarin saya kaya opang itu. Ojek pangkalan, dari kemarin malamnya saya ditawari Rp 250 ribu, saya bilang gak ada uang, sampai besok paginya saya didekati lagi, saya tawar Rp 50 ribu gak dikasih, dan akhirnya Rp 100 ribu dikasih, akhirnya saya beli,” ungkap Tofik.
Setelah menyatakan bersedia membeli surat tersebut, pria yang menawarkan itu kemudian pergi ke suatu tempat yang tak jauh dari tempat Tofik. Tak lama kemudian, pria tersebut menyerahkan surat keterangan sehat tersebut ke Tofik.
“Setelah saya dapat suratnya, saya diizinkan menyeberang,” ungkap Tofik.
Tofik tak tahu dimana pria tersebut mendapatkan surat tersebut dalam waktu yang sangat singkat. Namun ia menduga pria tersebut sudah mempunyai soft copy atau surat mentahnya, kemudian ia perbanyak dengan cara di- print di Gilimanuk.
“Terpaksa itu saya beli, dan yang beli bukan saya saja, banyak pemudik yang beli. Daripada balik lagi ke Denpasar, ya terpaksa beli di sana,” ungkap Tofik.
Sebelum memutuskan nekat pulang, sebetulnya Tofik sudah sempat berkoordinasi dengan pihak prajuru banjar tempatnya tinggal di Denpasar. Namun dari prajuru banjar mengaku tidak bisa mengeluarkan surat apapun karena memang pemerintah melarang masyarakat mudik.
“Akhirnya saya nekat langsung ke Gilimanuk, karena kontrakan dan kos-kosan sudah gak ada buat bayar,” ungkapnya.
Saat ingin menyeberang dari Gilimanuk, Taofik cuma menunjukkan surat keterangan sehat tersebut ke petugas. Setelah itu, ia pun diizinkan masuk dan menyeberang. Saat ini, Tofik sudah berada di kampung halamannya. (*)