Home » Artikel » Mengapa Rakaat dalam Shalat Lima Waktu Berbeda? Ini Penjelasannya

Mengapa Rakaat dalam Shalat Lima Waktu Berbeda? Ini Penjelasannya

SETIAP ibadah yang diperintahkan oleh Allah pasti mengandung hikmah yang sangat besar. Namun, kadang sebagian manusia tidak mampu untuk memahaminya dan tidak sabar menjalaninya. Tahukah Anda, mengapa Allah menwajibkan shalat lima waktu dengan jumlah rakaat yang berbeda? Berikut ini penulis jabarkan penjelasan scara logika kehidupan sehari-hari juga latar belakang sejarahnya soal “misteri” perbdaan rakaat shalat 5 waktu ini.

Allah memfardhukan dua rakaat pada waktu subuh, empat rakaat pada waktu zuhur dan asar, tiga rakaat pada waktu magrib, dan empat rakaat pada waktu isya. Dia jadikan urutan shalat ini dengan perbedaan waktu-waktunya agar manusia selalu dekat dengan Allah yang tidak membebaninya dengan tambahan bilangan rakaat dari jumlah yang telah ditentukan.

Apabila seseorang menunaikan shalat dalam bentuk ini, niscaya ia tidak akan merasakan letih dalam beribadah dan tidak akan pula merugikan kemashlahatan hidupnya. Karena sesungguhnya Dia lebih mengetahui kemampuan hamba-Nya. Perumpamaannya seperti seorang dokter yang memberikan obat untuk pasien, mustilah sesuai dengan dosis yang diperlukan.

Kita diwajibkan shalat dua rakaat pada waktu subuh karena pada waktu ini badan belum begitu energik sehingga cukup dengan dua rakaat. Allah mewajibkan empat rakaat pada waktu zuhur karena pada waktu ini rasa malas telah hilang dari tubuh, begitu halnya pada waktu asar. Sementara itu, diwajibkan tiga rakaat pada waktu magrib karena ia sebagai penutup siang, dan empat rakaat pada waktu isya karena pada waktu ini manusia terlepas dari aktivitas dan pekerjaannya sehari-hari.

Waktu shalat wajib yang lima kali sehari ini adalah waktu yang sesuai dengan fitrah manusia. Secara kontinu, fisik, pikiran, dan emosi kita akan di-charge sehingga energi kita akan menjadi full dan siap beraktivitas kembali. Biological clock (jam biologis) atau biorhythm (irama kehidupan) tubuh kita tentu akan berputar tepat karena kita menggunakan mesin asli dari Pembuatnya. Kita diciptakan oleh Allah, kemudian kita atur siklus tubuh dengan aturan waktu Allah melalui shalat, tentunya tidak ada tumpang tindih dalam pengaturan tersebut.

RAKAAT SHALAT MENURUT SEJARAHNYA

Sedangkan mnurut asal muasalnya, Shalat yang lima itu mengandung hikmah dan memiliki sejarah masing-masing. Shalat Subuh adalah shalat pertama kali yang dilakukan oleh Nabi Adam As. Dua rakaat Subuh dijalankan oleh Nabi Adam di bumi setelah diturunkan dari surga. Waktu itu pertama kalinya Nabi Adam melihat kegelapan. Begitu gelapnya sehingga ia merasakan ketakutan yang amat sangat. Namun kemudian kegelapan itu secara lamban mulai sirna mengusir rasa takut, dan perlahan terbitlah terang. Itulah pergantian waktu malam menuju pagi. Oleh karenanya, dua rakaat Subuh dilaksanakan sebagai rasa syukur atas sirnanya kegelapan pengharapan atas datangnya kecerahan.

Nabi Ibrahim As adalah orang pertama yang melaksanakan shalat Dhuhur. Empat rakaat dhuhur dilaksanakan, ketika Allah menggantikan Ismail yang rencananya disembelih sebagai kurban dengan seekor domba. Ini terjadi tatkala siang, tatkala matahari bergeser sedikit dari titik tengahnya. Empat rekaat itu menunjukkan beberapa perasaan Nabi Ibrahim. Satu raka’at adalah penanda kesyukuran atas digantikannya Ismail. Satu reka’at karena kegembiraan, satu raka’at untuk mencari keridhaan Allah dan satu raka’at lagi sebagai rasa syukur atas domba pemberian Allah swt.

Kemudian riwayat shalat Ashar berhubungan erat dengan Nabi Yunus As. ketika diselamatkan oleh Allah dari perut ikan Hut. Hut adalah nama ikan yang menelan nabi Yunus mengarungi lautan. Dikisahkan bahwa bentuk ikan hut hampir menyerupai burung, namun tanpa sayap. Ketika di dalam perut hut itu Nabi Yunus As merasakan empat macam kegelapan, gelap karena kekhawatiran hasya, gelap di dalam air, gelap malam dan gelap di dalam perut ikan. Demikianlah Nabi Yunus As keluar ketika matahari mulai condong kebarat dan shalatlah beliau empat rekaat sebagai penanda tebebas dari empat macam kegelapan itu.

Sedangkan tiga rakaat shalat Maghrib mempunyai sejarahnya sendiri yang tiak bisa dilepaskan dari nabi Isa As. ketika berhasil keluar dari kaumnya di penghujung senja. Tiga rakaat sangat bermakna bagi Nabi Isa As. Satu rakaat menandai perjuangan beliau menegakkan tauhid dan menafikan semua bentuk sesembahan keculai Allah. Satu raka’at untuk menafikan hinaan dan tuduhan kaumnya atas ibundanya yang melahirkannya tanpa ayah. Dan ini sekaligus menunjukkan betapa ketuhanan itu hanya milik Allah semata yang Maha Kuasa, inilah makna satu rekaat yang terakhir.

Dihilangkannya empat kesedihan yang menimpa Nabi Musa As. oleh Allah swt ketika meninggalkan kota Madyan menjadi sejarah ditetapkannya shalat Isya empat rekaat. Tercatat empat kesedihan itu berhubungan dengan istrinya, saudaranya yang bernama Harun, anak-anaknya, dan kesedihan karena kekuasaan Fir’aun.

Dan ketika semua kesedihan itu diangkat oleh Allah swt di waktu malam, Nabi Musapun melaksanakan shalat empat rakaat sebagai rasa syukur atas segalanya. Demikianlah semua hikmah yang melatar belakangi lima shalat fardhu yang diwajibkan kepada semua orang muslim hingga kini sesuai dengan tuntunan syariah. Jadi, mengapa harus bermalas-malam dalam shalat? Shalatlah sebelum dishalatkan. (jay/dbs)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*