JIKA tak salah ingat, saya pernah membaca sebuah artikel yang mengupas tentang prestasi ‘moncer’ yang diraih Kantor Imigrasi Kelas II Cirebon. Nah, masalahnya saya lupa dimana dan kapan artikel itu dimuat. Tapi saya tidak mau larut dalam usaha untuk mengingat momen tersebut, toh ada keperluan yang lebih vital, yang mengharuskan saya datang ke sini, ke Kantor Imigrasi Kelas II Cirebon. Maka sekalian-lah saya membuktikan sendiri apa yang terjadi dan kenapa kantor yang melegitimasi izin ke Luar Negeri itu mendapat prestasi berskala nasional.
Begitu masuk pelataran parkir gedung Kantor Imigrasi Kelas II Cirebon, saya sudah merasakan sebuah aura perubahan mendasar dan menyeluruh dari sebuah kantor yang dulunya santer disebut sebagai kantor biangnya calo. Sapaan hangat dari petugas keamanan yang memberikan kartu tanda parkir dan upaya awal lansekap taman depan kantor yang akan dituai keasriannya beberapa tahun ke depan menyambut kehadiran saya. Masuk lebih dalam ke areal parkir dari bagian samping gedung ini menambah keyakinan saya bahwa instansi ini benar benar telah berubah.
Kanopi yang dibangun (walau bukan kualitas no 1) untuk melindungi keseluruhan area parkir motor dari terik matahari, dan kembali, saya menyaksikan, sebuah upaya awal, landscape taman dan bibit pohon yang beberapa tahun ke depan akan siap melaksanakan ‘kewajibannya’ membuat rindang area parkir telah ditanam untuk melindungi kendaraan roda empat dari sengatan matahari yang terik memancar di Kota Cirebon.
Kesan awal yang mencerahkan ucap saya dalam hati, secerah matahari yang bersinar di pagi menjelang siang, di waktu saya datang ke Instansi ini. Dan kemudian, meniru apa yg dilakukan Pak Ignasius Jonan, lokasi pertama yang saya tuju adalah toilet (bukan sepenuhnya meniru pak Jonan sih, tapi karena memang saya benar-benar harus ke sana, hehehe).
Jreeeng! Pemandangan yang saya dapatkan ketika memasuki toilet sudah begitu menggoda, vas bunga menghiasi wastafel dengan kaca ukuran sedang yang relatif bersih. Untuk fasilitas umum yang diberikan mulai dari area parkir dan toilet dalam Skala Point 1-10 saya kasih poin 7,25 deh.
Cerita berlanjut ke ruangan kantor, perlahan saya berjalan dari tempat terakhir tadi, menuju ke arah kantor, melewati kantin berupa kios kios berjejer, dengan tempat duduk dan kanopi knockdown melindungi para pengunjung yang sedang menikmati sajian kantin dari terik matahari yang sedang riang-riangnya bersinar. Dari kejauhan saya melihat attention board yang berisi ketentuan dan tarif tarif yang berlaku untuk setiap pelayanan yang diberikan berikut dengan dasar hukumnya.
Hmmm… skakmat buat para calo yang sudah berniat untuk me mark up se enak udel tarif pelayanan yang berlaku, gumam saya dalam hati. Walaupun sedikit silau, saya berusaha untuk membaca sebagian besar kalimat yang tertera di Attention Board yang dibuat dengan ukuran yang cukup besar dan di pasang semi permanen di tembok gedung. Sambil berjalan perlahan dan membaca baca, mata saya kemudian terpaku pada sebuah nomor Handphone yang dicetak print dan dipampang dalam sebuah mading kaca.
Nomor HP Pimpinan kantor ini yang bisa dihubungi untuk melaporkan segala keluhan dan laporan atas perilaku pegawai atau tindak tanduk calo yang meresahkan. What the Nice Stuff, pekik saya kembali dalam hati. Di pintu masuk kaca, terpampang tulisan “Ruangan dalam kantor ini dilengkapi kamera pengawas”. Begitu seluruh badan saya memasuki ruangan… Serrrrrr, maknyess, wuademm, suejjuuukk, Pendingin ruangan bekerja dengan baik, sangat terasa ketika bekerja mendinginkan kepala yang sudah berasa hangat terpapar terik matahari.
Pelayanan petugasnya pun boleh, Saya kasih 8,1 dalam skala 1-10, untuk nilai pelayanan yang diberikan selama saya berada di dalam ruangan dan selama saya mengikuti proses pelayanannya. Sudah saya buktikan sendiri, kalau Kantor imigrasi Kelas II Cirebon benar-benar bermetamorfosa. Ibarat sebuah fase, yang tadinya hanya seekor ulat, lambat laun menjadi kepompong dan berubah kembali menjadi kupu-kupu dengan sayap yang indah.
Perjalanan saya kemudian berlanjut hari itu ke Gedung Griya Sawala, Gedung DPRD Kota Cirebon, gedung tempat berkantornya para wakil yang terhormat. Ketika memasuki area parkir, hmmm, saya merasakan hal yang sangat berbeda dengan yang saya rasakan ketika datang di Kantor Imigrasi Kelas II Cirebon. Lihat tampilan depannya begitu masuk parkiran saja, kalau boleh meminjam bahasa anak jaman sekarang, kalimat yang tepat mungkin adalah “udah nggak banget deh”. Mau tau bagaimana kelanjutan ceritanya? ikuti terus Catatan Mang Iwenk! (*)
Oleh: Iwan Hendrawan / Iwenk
(Pengamat Sosial, Executive Director di CIFESS – Cirebon Institute for Economic and Social Studies)