BATIK, merupakan salah satu ikon kerajinan tangan Cirebon. Maka, kurang lengkap rasanya jika datang ke Cirebon tanpa membawa pulang batik khas Cirebon. Dan ngomongin soal Batik Cirebon, ada satu tempat penjualan Batik khas Cirebon yang benar-benar memberikan pilihan beragam, dengan kualitas jaminan. Semua batik di tempat penjualan tersebut murni hasil tulisan tangan para pembatik tradisional Cirebon, yang berada di kawasan Trusmi, dengan motif asli Cirebon.
Tempat penjualan batik itu bernama Hanita Batik, berlokasi di Jalan Panembahan nomor 03 Desa Panembahan Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon.Untuk mencari tempat tersebut, sangatlah mudah. Hanya beberapa meter dari jalan raya Plered-Kedawung. Selain memberikan ragam corak batik berkualitas, tempat tersebut juga sangat nyaman. Dan di tempat tersebut, anda tidak hanya belanja batik, melainkan juga menikmati suasana kenyamanan.
“Yang kami jual disini adalah kualitas. Disini, kami sengaja lebih mengutamakan bahan, dengan jenis batik tulis. Itu juga yang menjadikan setiap konsumen yang sudah datang kemari, kembalu datang untuk kembali berbelanja batik,” ujar Owner Hanita Batik, Ita Puspita, saat berbincang dengan jabarpublisher.com, Selasa (26/4/2016).
Untuk pengadaan barangnya sendiri, Hanita Batik langsung mendapatkannya dari para pengrajin batik tulis di kawasan Trusmi. “Kami punya pengrajin sendiri. Semuanya ada sekitar 100 orang,” lanjutnya.
Harga batik yang ditawarkan, bervariatif. Mulai dari ratusan ribu rupiah hingga puluhan juta rupiah. “Semua sih tergantung pada kain dan corak, juga lama pengerjaannya. Umumnya pelanggan kami merasa puas,” katanya.
Hanita Batik, berdiri sejak tahun 2011. Berawal dari belajar usaha batik kepada mertuanya (pengusaha batik ternama di Cirebon), hingga akhirnya memberanikan diri membuka showroom sendiri. Dalam perjalanannya, banyak sudah dari kalangan pejabat, menteri dan selebritis yang datang, belanja batik ke Hanita Batik. “Ya seperti isterinya Pramono Anum, kemudian, pejabat-pejabat, walikota dan terakhir Pak Ridwan Kamil (Wali Kota Bandung), datang belanja ke sini,” ucapnya.
Batik Cirebon merupakan salah satu ikon kerajinan tangan Cirebon. Motif batik Cirebon yang paling terkenal dan menjadi ikon Cirebon adalah motif Megamendung. Motif ini melambangkan awan pembawa hujan sebagai lambang kesuburan dan pemberi kehidupan. Sejarah motif ini berkaitan dengan sejarah kedatangan bangsa Cina di Cirebon, yaitu Sunan Gunung Jati yang menikah dengan wanita Tionghoa bernama Ong Tie. Motif ini memiliki gradasi warna yang sangat bagus dengan proses pewarnaan yang dilakukan sebanyak lebih dari tiga kali.
Batik yang ada di wilayah Cirebon berkaitan dengan kesultanan-kesultanan yang ada di wilayah ini. Diantaranya yaitu kesultanan Kasepuhan dan kesultanan Kanoman. Pola penyebaran Batik Cirebon sama dengan pola penyebaran batik Yogya atau Solo yakni pertama-tama muncul di lingkungan dalam keraton kemudian dibawa keluar lingkungan keraton oleh para abdi dalem yang bertempat tinggal di luar keraton.
Pada mulanya, seni membatik hanya dipelajari para putri keraton untuk mengisi waktu senggang mereka. Ornamen batik yang berkembang saat itu antara lain ornamen Paksi Naga Liman, Siti Inggil, Kanoman, Taman Kasepuhan, dan Taman Sunyaragi. Batik yang dihasilkan disebut batik bergaya keratonan.
Selanjutnya, masyarakat Cirebon juga mempelajari seni batik sebagai barang dagangan. Ornamen yang dihasilkan disebut pesisiran dan batik yang dihasilkan disebut batik pesisiran. Motif atau ornamen batik Cirebon dikelompokkan menjadi ornamen batik Pesisiran dan batik Keraton, yaitu Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman. Ornamen batik keraton termasuk dalam batik klasik, misalnya motif Paksinaga Liman, Megamendung, Patran Keris, Singa Payung, Singa Barong, dan sebagainya.[2] Ornamen batik Cirebon cukup bervariasi, karena selain dikembangkan oleh keluarga keraton dan masyarakat yang setia kepada sultan, masyarakat Cirebon juga memiliki karakter terbuka terhadap budaya asing. Ornamen yang dihasilkan misalnya ornamen Paksi Naga Liman yang memperoleh pengaruh dari Persia, Soko Cino dari keramik Cina, dan Buraq dari Arab.
Ornamen batik keraton memiliki pola yang baku, memiliki nilai simbolis, dan bermakna religius. Sementara itu, pola batik pesisiran sangat dinamis dan mengikuti permintaan pasar.[1] Secara garis besar, ornamen Batik Cirebon dapat digolongkan menjadi lima jenis, yaitu Wadasan, Geometris, Pangkaan, Byur, dan Semarangan.
Batik Trusmi sendiri, mulai ada sejak abad ke 14. suatu daerah dimana saat itu tumbuh banyak tumbuhan, kemudian para warga menebang tumbuhan tersebut namun secara seketika kemudian tumbuhan itu tumbuh kembali. Sehingga tanah tersebut dinamakan Desa Trusmi yang berasal dari kata terus bersemi.
Asal mulanya Sultan kraton menyuruh orang trusmi untuk membuat batik seperti miliknya tanpa membawa contoh batik, dia hanya di perbolehkan melihat motifnya saja. Saat jatuh tempo, orang trusmi itu kemudian datang kembali dengan membawa batik yang telah dia buat.Ketika itu orang trusmi tersebut meminta batik yang asli kepada Sultan,yang kemudian di bungkuslah kedua batik itu (batik yang asli dengan batik buatannya/duplikat).
Orang Trusmi kemudian menyuruh sultan untuk memilih batik yang asli namun sangking miripnya sultan tidak dapat membedakannya, batik duplikat tersebut tidak ada yang meleset sama sekali dari batik aslinya. sehingga sultan mengakui bahwa batik buatan orang trusmi sangat apik, tanpa membawa contoh batik yang aslinya dapat membuat batik yang sama persis. (bay)